Jumat, 12 Maret 2010

Untaian Hati

Posted by Kak Galuh On 11.52 | No comments
Belahan jiwaku...
Meski kita terikat pada ikatan sakral yang melebur di mata Sang Maha Pencinta, tapi aku selalu sadar, engkau tidak terikat sepenuhnya padaku. Hatimu yang mengembara mengajak serta ragamu, membuatku harus mengikhlaskan separuh ikatan itu. Karena pengembaraan ini untuk kemuliaan sejati kehidupan.

Belahan jiwaku...
Aku tahu engkau bukan kesempurnaan. Karena sempurna hanyalah milik Sang Maha Sempurna. Keterbatasan yang ada padamu secara utuh, selalu memberiku ruang untuk belajar banyak. Belajar menerima dan mencintai tanpa berkeluh kesah. Dan saat-saat penerimaan itu menyentuh kalbu. Aku merasa bebas. Bebas dari ke-egoan insan yang fana. Setelahnya, akan berbuah nikmat di relung kalbu yang labil.

Belahan jiwaku...
Ketika hampir seluruh sudut menggambarkanmu bagaikan ombak yang menggulung keras pada pinggiran pantai, dimana dalam kekerasan itu engkau mampu menghempaskan buih-buih cinta yang bernama keluarga tanpa ampun. Namun bagiku, engkau tak terlihat sedang menghempaskan. Melainkan sedang menyelamatkan buih-buih itu agar tak terhanyut di tengah samudra kehidupan yang gelap tak tersentuh cahaya mentari keimanan, yang mampu menenggelamkan buih-buih itu setiap saat ia mau tanpa tersisa.

Belahan jiwaku...
Berulang kali saat kita terbentur oleh tingginya gunung masalah yang meletus penuh lava panas perasaan atas pemahaman yang berbeda, berulang pula aku mengerti, bahwa mencintai bukan hanya terpuaskan saat kita sepaham, melainkan sejauh mana kita mampu membasuh dingin ceceran perbedaan lava perasaan tersebut dengan kucuran kristal air maaf dan pengertian yang mengalir.

Belahan jiwaku...
Saat-saat tersyahduku bersamamu adalah menyaksikan ragamu berjalan mengikuti fitrahnya tunduk pada setiap jengkal ketentuanNya akan alam ini dan seisinya. Saat-saat menggetarkan bersamamu, adalah saat-saat engkau menangisi waktumu yang terlewat atas tidak terpenuhinya fitrah ragamu itu untuk merengkuh mesra Pemiliknya. Saat-saat terindah bersamamu adalah ketika engkau menceritakan pengembaraanmu menemuiNya, di setiap sudut bumi yang telah tereuforia oleh kehedonan yang tak bertiang. Dan, tahukah engkau, betapa ingin raga ini pun turut menyaksikan dan merasakan pengalaman-pengalaman indah itu bersamamu.

Belahan jiwaku...
Di setiap perjalanan jauh pengembaraanmu, dimana engkau meninggalkan kami hanya berbekal doa agar Sang Maha Penjaga menjaga kami, maka disaat itu pula aku selalu berharap ketika pulang engkau mengoleh-olehi kami dengan tambahnya ketundukanmu padaNya. Karena ketika hatimu semakin dipenuhi oleh ketundukan pada Sang Pemilik Hati di seluruh jagat ini, maka akan semakin kuat kami mampu menghadapi derasnya hujan ujian disaat kau bersama kami dan atau disaat kau jauh dari kami. Kerinduan yang mendalam atas perpisahan yang kerap terjadi ini, memecut kami untuk menjadi lebih sadar bahwa kefanaan tak mungkin dapat berjaya untuk kami rengkuh.

Belahan jiwaku...
Jika suatu saat pengembaraanmu terhenti karena ragamu tak kuasa lagi bertemu dengan Pemiliknya… kami akan hantarkanmu dengan penuh kebanggaan di hati kami yang membekas. Warisi kami dengan keimananmu saja… kami tak minta lebih… [gkw]

0 komentar:

Posting Komentar

KOMENTAR SAHABAT

INSIST

Hidayatullah ONLINE