Rabu, 29 Juli 2009

Selamatkan Anak

Posted by Kak Galuh On 06.12 | No comments
Sumpah saya tidak akan menulis yang aneh-aneh disini. Becanda pun tidak. Sebab hal ini bukan untuk ditertawakan atau dibecandakan. Boleh lah sekali-kali saya tidak becanda. Meskipun becanda itu senjata ampuh penolak santet dan anti interograsi. Tapi sekali lagi saya tidak ingin becanda dalam hal ini.

Itu saya kemarin melihat tiba-tiba TV hidup. Entah siapa yang menjadi Tuhan baginya. Soalnya ketika saya datang ke tempat TV, dirinya sudah hidup seperti itu. Tapi biarlah. Saya tidak perduli siapa Tuhan dia. Sebab Tuhan saya hanya Allah dan Muhammad saw-lah rasul saya.

Si TV sebenarnya tidak saya persalahkan atas kehidupannya. Yang saya permasalahkan adalah apa yang dia perlihatkan pada saya. Entah kenapa hal seperti itu bisa terjadi lagi. Disaat tanggal keramat seperti waktu itu. Ya 23 Juli 2009.

Tepat ditanggal keramatnya anak-anak se-Indonesia itu, saya kembali dibuat terdiam oleh TV. Bukan berarti TV telah menajdi Tuhan buat saya. Atau dia punya ilmu hipnotis seperti Romy Rafael. Tapi karena apa yang saya lihat ternyata begitu sangat ..... apa ya??? Saya susah mendeskripsikannya. Terserah mau dikatakan apa. Saya ceritakan saja sekilas. Tidak usah banyak-banyak. Kalau banyak-banyak nantinya tidak bagus. Seperti halnya hujan. Kalau hujan kebanyakan nantinya banjir. Seperti rumah saya dulu yang lalu kala. Ah, tidak usah saya ceritakan. Ini masalah saya dengan hujan.

Singkat cerita, sebelum saya melihat adegan yang membuat saya ngilu, saya terlebih dahulu melihat siaran berita tentang usaha Pemerintah & LSM yang konsern masalah peranakan (bukan peranakan dalam arti orang hamil ini beda jauh). ”Katanya” mereka ingin agar dalam menyambut Hari Anak Nasional 23 Juli 2009 ini dilakukan berbagai kegiatan. Macam-macamlah kegiatannya. Saya juga tidak tahu pasti. Yang jelas ada konferensi pers, aksi damai di Bundaran HI, dan propaganda mengurangi menonton TV.

Kegiatan yang menampilkan Seto Mulyadi (Komnas Perlindungan Anak), Fetty Fajriati Miftach (Komisi Penyiaran Indonesia Pusat), dan Dr.Sudjatmiko (Ikatan Dokter Anak Indonesia) ini memang ”katanya” ditujukan untuk memberikan pembelajaran agar keluarga serius terhadap masa depan anak-anak mereka. Terlebih lagi terhadap dampak negatif dari TV. Acara-acara TV sebagian besar justru berisi hal yang tidak sehat, tidak mendidik, menampilkan realitas semu, dan gaya hidup berlebihan. Intinya lebih banyak menimbulkan distruksi. Begitu yang mereka bilang.

Sampai disana saya sangat merespon positif atas usaha dan ide ini. Iya sampai disana. Sampai sebelum acara penganugerahan piala-piala yang entah atas hasil apa. Hasil balapan kerupuk kah? Entah. Saya tidak begitu menyimak ketika alasan si pememang layak mendapatkan piala itu. Yang saya lihat naiklah Luna Maya disertai Ariel Peterpan menuju podium. Dengan digemuruhi sorak-sorai anak-anak yang bagai semut gatal di bawahnya.

Klimaknya setelah Luna Maya diminta untuk speak-speak thank you atau apalah namanya. Seketika itu dari bawah berteriaklah anak-anak yang belum baligh itu. Kalau terikan takbir sih bagus. Walaupun saya bakal protes juga kalau sampai anak-anak itu teriak takbir. Masa takbir di acara seperti begitu. Sayangnya teriakan mereka justru malah seruan agar Ariel berbuat mesum pada Luna seketika itu juga di panggung. Cium... ciummm... ciummmm...

Innalilahi.... Apa yang ada di otak mereka pikir saya. Padahal sesaat lalu mereka, orang tua mereka, panitia, satpam, penyelenggara, pakar, dan semua makhluk yang hadir disana baru saja selesai menyepakati tentang arah yang lebih baik untuk anak-anak Indonesia. Kalau ternyata yang lebih baik itu saat ini seperti demikian. Seperti yang mereka biarkan itu anak-anak kecil berteriak-teriak mesum tanpa dilarang. Maka jangan salahkan saya untuk mengatakan pada Khalil Gibran bahwa ucapannya;

... Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu, Sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.
Patut kau berikan rumah untuk raganya, tapi tidak untuk jiwanya, Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan, Yang tiada dapat kaukunjungi, sekalipun dalam impian …

sudah tidak berlaku lagi bagi saya saat ini. [begundal militan]

KOMENTAR SAHABAT

INSIST

Hidayatullah ONLINE