Senin, 15 Maret 2010

SIKSA KUBUR vs NIKMAT KUBUR

Posted by Kak Galuh On 09.38 | No comments
Sehabis memperhatikan sebuah gambar kuburan dalam sebuah buku cerita Islam, putraku yang baru saja belajar membaca memintaku menjelaskan apa yang sedang di ejanya dalam cerita tersebut. “Siksa kubur dan nikmat kubur…. Maksudnya apa sih Mi?” tanyanya dengan wajah ingin tahunya yang menggemaskan.

Tak menunggu waktu lama, ia sudah terpana oleh cerita yang mengalir dari mulutku. Kedua alisnya yang berkerut bertemu di atas hidung, menambah kesan keseriusannya ingin mengetahui kisah lengkap tentang siksa kubur itu.

"bla…bla… setelah datang kematian, maka manusia berada di alam barzah/kubur sebagai tempat penantian sebelum di hisab dan menuju akhirat. Tempat dimana manusia berakhir dengan sebenar-benarnya akhir. Di alam barzah inilah kita akan diberikan siksa kubur atau nikmat kubur. Siksa kubur, adalah keadaan yang akan di alami oleh orang-orang yang semasa hidupnya banyak berbuat maksiat. Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya siksaan mayit-mayit di dalam kuburnya terdengar oleh binatang-binatang ternak yang mendengar jeritan mereka (Hadist dalam Shaihul Jami’ no.1961). Hingga ketika Utsman bin Affan melewati kuburan ia menangis hingga jenggotnya basah terkena air matanya. pelayannya Hani heran dan bertanya:  Wahai tuan, saat engkau mengingat surga dan neraka engkau tidak menangis. Tapi saat engkau melewati kuburan mengapa engkau menangis? Utsman bin Affan menjawab: Sungguh, aku pernah mendengar Rasulullah bersabda; Alam kubur adalah persinggahan pertama di antara persinggahan-persinggahan akhirat. Jika ia selamat dari alam kubur, maka peristiwa berikutnya akan mudah baginya. Jika ia tidak selamat dari alam kubur, niscaya kejadian-kejadian berikutnya akan lebih berat. Kemudian Ustman bin Affan melanjutkan: aku mendengar Rasulullah bersabda; Aku belum pernah melihat satu pemandangan yang mengerikan selain siksa kubur yang paling mengerikan. (HR Muslim) Ahli maksiat tidak akan mudah menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir tentang Tuhannya, Agamanya, Rasulnya dan Ilmunya dikarenakan keburukan akhlak mereka di dunia. Dan ketika melewati kubur ahli maksiat, Rasulullah pun bersabda; Sesungguhnya dalam kuburan ini, penghuninya di liputi kegelapan. ( HR Muslim)

Nikmat Kubur, diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman. Disebutkan dalam hadist riwayat sahabat Al-Barra’ bin Azib, bahwa ruh orang yang shalih akan diangkat ke langit dan dihadapkan ke Allah SWT, kemudian Allah akan memberikan nikmat kubur berupa alam kubur yang luasnya sejauh mata memandang dan dipenuhi dengan kenikmatan ibarat tinggal di taman –taman surga.

Ruh yang paling bahagia adalah ruhnya orang-orang yang mati syahid. Ketika Rasulullah menyebutkan surat Ali Imran: 169 yang berbunyi: janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Bahkan mereka itu hidup di sisi Rabnya dengan mendapat rizki, maka Rasulullah menjelaskan ayat ini bahwa "arwah-arwah mereka berada dalam perut burung hijau yang bergelayutan pada Arsy. Mereka pergi ke dalam surga sekehendaknya, kemudian mereka kembali ke tempat bergantungnya. Maka datanglah kepada mereka Rabb mereka (Allah), dan Dia berfirman: Apakah Kalian butuh sesuatu? Mereka berkata: apa yang kami butuhkan, sementara kami bisa mengambil dari surga sesuka kami? Mereka ditanya demikian tiga kali. Tatkala mereka tahu bahwa keinginan mereka tidak akan diabaikan, mereka berkata: Wahai Rabb, kami ingin agar Engkau mengembalikan ruh kami ke dalam jasad kami sehingga kami bisa berperang dan mati di jalanMu sekali lagi. Tatkala Dia (Allah) memandang bahwa mereka tidak perlu lagi hajat itu, maka mereka ditinggalkan. (HR Muslim dan Tirmidzi)…. bla….bla…."


Dengan tatapan tajamnya ia mengeluarkan statemen : “Subhanalloh ya Mi… jadi orang sholeh itu enak ya? Abang mau kuburan yang luas aja biar ga kegelapan” ucap si Abang enteng sambil mengambil buku cerita yang ada di tanganku dan mengembalikannya ke meja. Setelah itu tanpa basa-basi ia berteriak: “Mi… Abang main dulu ya!” Dan si Abang pun pergi meninggalkanku sendiri yang sedang bergidik memikirkan cerita barusan. Bagaimanakah denganku? Aku pun sama seperti si Abang ingin kuburan yang luas sejauh mata memandang ada taman-taman indah bak di surga. Tapi lalu ku coba hitung amal ku untuk mndapatkan kuburan luas itu. Ternyata aku tak mampu menghitung amalku, karena banyaknya kesalahan dan dosa yang ku tumpuk dari waktu ke waktu.[gkw]

Jumat, 12 Maret 2010

Setiap Insan Berhak Mendapat Pencerahan

Posted by Kak Galuh On 13.54 | No comments
Seorang sahabat mengeluh (baca:curhat) lewat telepon. Ia mengatakan bahwa selama ini ia sangat susah untuk menemukan kelompok pengajian yang dapat menerimanya apa adanya. Sahabat ini telah merasakan harusnya ada tambahan untuk kebutuhan spritualnya, karena ia merasa kurang hanya dengan menjalankan sholat, mengaji tartil, puasa, dan zakat saja.

Pernah ia mencoba mencari, namun sangat disayangkan belum ada yang bisa menerima kondisi dirinya yang seperti sekarang. Mau ikut kelompok A, ia harus mampu merekrut minimal 10 orang untuk pengembangan jaringan. Mau ikut kelompok B, tidak diperkenankan karena, jumlah anggota sudah memenuhi kuota, sehingga jika memaksa untuk ikut pun akan di gabungkan dengan kelompok lain yang jauh dari rumahnya. Sementara untuk memenuhi semua persyaratan dari kelompok-kelompok tersebut rasanya tidak mungkin, karena ia harus mengurusi anak-anaknya yang kecil dan suaminya dengan intens di rumah. Se- ekslusif itukah untuk dapat memperoleh pengetahuan tentang islam? Tanyanya pasrah dengan nada suara memelas.

Setelah pembicaraan melalui telepon itu berakhir, sambil merenungkan realita tentangnya, saya teringat akan suatu peristiwa di jaman Rasulullah SAW dahulu. Ketika itu beliau SAW sedang duduk bersama Walid bin Mugirah, seorang pemuka Quraisy yang di segani. Kemudian datanglah seorang lelaki buta bernama Ibnu Ummi Maktum menghampiri Rasulullah SAW sambil meraba-raba, menyela pembicaraan Rasulullah SAW dan meminta agar beliau SAW mengajarkan beberapa ayat kepadanya dengan memaksa. Ibnu ummi Maktum tidak mengetahui bahwa saat itu Rasulullah SAW sedang berdakwah pada para pemuka Quraisy. Namun demikian Rasulullah SAW tidak menghardik atapun menegurnya, hanya saja beliau menampakkan air muka tidak berkenan. Pada akhirnya Allah SWT menegurnya melalui turunnya surat Abasa (80:1-16) : “ Dia (nabi) merengut dan membuang muka. Sebab ada orang buta datang kepadanya. Tetapi adakah yang memberitahu engkau, kalau-kalau ia ingin membersihkan hati? Atau ia mendapat peringatan dan pelajaran yang berguna baginya? Adapun orang yang merasa dirinya berkecukupan. Kepadanya engkau memberikan perhatian. Padahal apalah salahmu jika ia tidak mau memberihkan hati. Tetapi jika ada orang yang datang kepadamu dengan sungguh-sungguh berusaha. Dan dengan penuh rasa takut (dalam hatinya). Sedang engkau tidak memperhatikannya. Sekali-sekali janganlah begitu! Sungguh ini suatu pelajaran! Maka barang siapa mau, perhatikanlah! Dalam lembaran-lembaran yang dimuliakan. Di junjung tinggi dan tetap suci. (Ditulis) dengan tangan para penulis. Terhormat, jujur dan taat mengabdi.”
(Berdasarkan riwayat dari Sa’îd ibn Yahyâ ibn Sa’îd Al-Umawî, dari ayahku, dari Hisyâm ibn ‘Urwah, dari ayahnya (‘Urwah ibn Zubeir) dari ‘âisyah ra. berkata: Diturunkan tentang Ibn Ummî Maktûm Al-A’mâ, dia (Ibn Ummî Maktûm) mendatangi Rasulullah saww. seraya berkata: “Berilah aku petunjuk!” saat itu Rasulullah SAW sedang bersama pembesar musyrikin, lalu Rasulullah saww berpaling darinya (Ibn Ummî Maktûm) dan menghadap pada yang lain (pembesar musyrikin). Kemudian Ibn Ummî Maktûm bertanya: “Apakah saya melakukan kesalahan dalam ucapan saya tadi?” Rasulullah SAW menjawab: “Tidak.” Maka dalam peristiwa ini turunlah surah ‘Abasa.)

Sesungguhnya niat rasulullah menolak Ibnu Ummi maktum bukanlah disebabkan oleh kebutaan dan ketidak berdayaan lelaki buta itu. Juga bukan karena Walid bin Mugirah adalah seorang yang kaya. Niat mulia semula Rasulullah lebih meladeni Walid bin Mugirah adalah atas dasar pertimbangan bahwa jika pemuka Quraisy itu dapat menerima Islam maka akan terjadi perkembangan yang signifikan atas kemajuan Islam dibanding jika ia meladeni Ibnu Ummi Maktum.

Namun demikian Allah SWT sangat menyayangi Rasulullah SAW. Sehingga ketika beliau SAW memperlihatkan wajah yang kurang berkenan maka Allah SWT langsung menegur agar Rasulullah SAW terhindar dari perilaku yang sia-sia dan terkesan negatif itu. Sejak saat itu Rasullullah SAW selalu menampakkan wajahnya yang berseri-seri setiap bertemu dengan Ibnu ummi maktum sambil menyapanya “ selamat datang wahai siapa yang aku di tegur karena ia oleh Tuhanku”

Menurut pandangan saya sebagai orang awam ada beberapa ibroh yang dapat saya ambil dari kisah yang mulia ini. Pertama adalah bahwa seorang Rasul pun dapat membuat kesalahan karena beliau adalah juga manusia. Yang artinya ajaran keselamatan yang di embannya untuk disampaikan kepada seluruh penghuni dunia adalah bukan hal yang mustahil untuk dilaksanakan oleh manusia manapun dan dari generasi zaman kapanpun. Ketika Allah menurunkannya kepada manusia, tentu Allah sudah dapat mengukur bahwa manusia mampu melaksanakannya. Oleh karena itu ia tidak memberi amanah ini pada mahkluk ciptaanNya yang lain selain manusia. Sehingga ketika kita di wajibkan menjalankan syariatNya secara kaffah, jangan ada lagi alasan tidak bisa karena kita bukan nabi atau rasul pilihan Allah. Apalagi karena alasan itu, kita berkeyakinan mengerjakan yang mudah-mudah saja sesuai yang kita mau, dan meninggalkan yang susah-susah karena kita merasa tidak semampu Rasul dan Nabi.

Ibroh kedua , bahwa setiap manusia dengan status ekonomi dan bangsa/ras manapun sangat berhak menerima pencerahan, dimanapun mereka berada kepada para alim ulama yang tersebar di seluruh penjuru dunia ini, untuk membersihkan hatinya dari ketidaktahuaannya akan ajaran keselamatan ini. Dan siapapun serta kapanpun itu, adalah sebuah kewajiban bagi yang berilmu, untuk dapat menerima dan ‘merangkul’ mereka yang tidak tahu dengan tangan terbuka dan pintu selebar-lebarnya tanpa mempersulit dengan syarat-syarat yang memberatkannya saat itu.

Semoga Allah senantiasa memberikan keselamatan dan menjaga cahaya keimanan di setiap hati orang-orang yang berilmu, beriman dan bertakwa. Sehingga risalah keselamatan Rahmatan lil Alamin dapat terus berkesinambungan hingga akhir jaman. Wallahualam.

Untaian Hati

Posted by Kak Galuh On 11.52 | No comments
Belahan jiwaku...
Meski kita terikat pada ikatan sakral yang melebur di mata Sang Maha Pencinta, tapi aku selalu sadar, engkau tidak terikat sepenuhnya padaku. Hatimu yang mengembara mengajak serta ragamu, membuatku harus mengikhlaskan separuh ikatan itu. Karena pengembaraan ini untuk kemuliaan sejati kehidupan.

Belahan jiwaku...
Aku tahu engkau bukan kesempurnaan. Karena sempurna hanyalah milik Sang Maha Sempurna. Keterbatasan yang ada padamu secara utuh, selalu memberiku ruang untuk belajar banyak. Belajar menerima dan mencintai tanpa berkeluh kesah. Dan saat-saat penerimaan itu menyentuh kalbu. Aku merasa bebas. Bebas dari ke-egoan insan yang fana. Setelahnya, akan berbuah nikmat di relung kalbu yang labil.

Belahan jiwaku...
Ketika hampir seluruh sudut menggambarkanmu bagaikan ombak yang menggulung keras pada pinggiran pantai, dimana dalam kekerasan itu engkau mampu menghempaskan buih-buih cinta yang bernama keluarga tanpa ampun. Namun bagiku, engkau tak terlihat sedang menghempaskan. Melainkan sedang menyelamatkan buih-buih itu agar tak terhanyut di tengah samudra kehidupan yang gelap tak tersentuh cahaya mentari keimanan, yang mampu menenggelamkan buih-buih itu setiap saat ia mau tanpa tersisa.

Belahan jiwaku...
Berulang kali saat kita terbentur oleh tingginya gunung masalah yang meletus penuh lava panas perasaan atas pemahaman yang berbeda, berulang pula aku mengerti, bahwa mencintai bukan hanya terpuaskan saat kita sepaham, melainkan sejauh mana kita mampu membasuh dingin ceceran perbedaan lava perasaan tersebut dengan kucuran kristal air maaf dan pengertian yang mengalir.

Belahan jiwaku...
Saat-saat tersyahduku bersamamu adalah menyaksikan ragamu berjalan mengikuti fitrahnya tunduk pada setiap jengkal ketentuanNya akan alam ini dan seisinya. Saat-saat menggetarkan bersamamu, adalah saat-saat engkau menangisi waktumu yang terlewat atas tidak terpenuhinya fitrah ragamu itu untuk merengkuh mesra Pemiliknya. Saat-saat terindah bersamamu adalah ketika engkau menceritakan pengembaraanmu menemuiNya, di setiap sudut bumi yang telah tereuforia oleh kehedonan yang tak bertiang. Dan, tahukah engkau, betapa ingin raga ini pun turut menyaksikan dan merasakan pengalaman-pengalaman indah itu bersamamu.

Belahan jiwaku...
Di setiap perjalanan jauh pengembaraanmu, dimana engkau meninggalkan kami hanya berbekal doa agar Sang Maha Penjaga menjaga kami, maka disaat itu pula aku selalu berharap ketika pulang engkau mengoleh-olehi kami dengan tambahnya ketundukanmu padaNya. Karena ketika hatimu semakin dipenuhi oleh ketundukan pada Sang Pemilik Hati di seluruh jagat ini, maka akan semakin kuat kami mampu menghadapi derasnya hujan ujian disaat kau bersama kami dan atau disaat kau jauh dari kami. Kerinduan yang mendalam atas perpisahan yang kerap terjadi ini, memecut kami untuk menjadi lebih sadar bahwa kefanaan tak mungkin dapat berjaya untuk kami rengkuh.

Belahan jiwaku...
Jika suatu saat pengembaraanmu terhenti karena ragamu tak kuasa lagi bertemu dengan Pemiliknya… kami akan hantarkanmu dengan penuh kebanggaan di hati kami yang membekas. Warisi kami dengan keimananmu saja… kami tak minta lebih… [gkw]

KOMENTAR SAHABAT

INSIST

Hidayatullah ONLINE