Jumat, 23 April 2010

Oh Abang...

Posted by Kak Galuh On 15.27 | 1 comment
Tak terasa sebentar lagi Si Abang akan jadi siswa sekolah dasar. Masih teringat setahun lalu, ketika ia masih berumur lima tahun...

Saat itu ia pulang kerumah dengan nafas terengah-engah. Wajahnya tampak marah dan menahan tangis. Ketika di tanya apa yang menyebabkan ia seperti itu, ia bercerita sambil menahan tangisnya. Ia menjelaskan bahwa ia baru saja bertengkar dengan 5 orang temannya gara-gara mereka menyepakati bahwa Alloh itu ada 5 dan Rosululloh itu masih hidup. Ia berusaha menjelaskan bahwa argumen teman-temannya salah, karena menurut keyakinannya Alloh itu hanya ada satu dan Rosululloh sudah wafat. Teman-teman tak percaya pada argumennya, dan melakukan aksi "ga temenan" ke abang. Mereka memaksa abang untuk sepakat dengan argumen mereka jika abang masih ingin main dengan mereka.

Abang tetap bertahan pada keyakinannya. Akhir yang menyakitkan bagi si abang ketika kelima temannya tersebut menyorakinya berami-ramai... Ia marah dan sangat berhasrat untuk memukul, lantas ia ingat ada seseorang yang memberitahunya jika bertengkar dengan teman jangan sembarangan memukul. Terlebih tiga diantara lima temannya itu adalah anak perempuan dan dua lagi sisanya anak laki-laki bertubuh tak sebanding dengan badannya yang bongsor, maka ia memilih pulang kerumah meninggalkan teman-temannya yang terus memojokkannya dengan sorakan sambil mengejar abang hingga depan rumah....

Di akhir ceritanya, ia berkata sambil memecahkan tangis yang tertahan, "Abang rasanya pengen nangis waktu teman-teman ga percaya bahwa Alloh itu satu dan Rosululloh itu sudah meninggal... kenapa teman-teman abang tidak percya sama abang?..." isaknya sedih.

Oh Abang... benarkah itu dirimu? karena kau bersikap dan berbicara tidak seperti anak berumur lima tahun. Kau lebih memilih meninggalkan teman-temanmu yang memaksakan argumen mereka tentang Alloh dan RosulNya... padahal bermain adalah hal yang sangat menyenangkan bagimu saat itu....

Jangan pernah takut membela Alloh dan RosulNya...semoga bekal itu yang akan terus kau yakini dalam hatimu ketika kau sudah jadi siswa Sekolah Dasar kelak...
juga hingga akhir hayatmu..... Amiin. [gkw]

Jumat, 09 April 2010

Izzah Istri Akhir Zaman

Posted by Kak Galuh On 15.22 | No comments
Lita, seorang ibu rumah tangga muslimah yang sudah memiliki suami dan dua orang putra kecil, baru saja pulang dari acara kumpul-kumpul reuni sma. Tak tertahankan betapa bahagianya bisa bertemu dengan sahabat-sahabat lama dan juga beberapa mantan pacar yang telah sekian tahun menghilang. Dan sepulang dari acara kumpul-kumpul yang telah melewati waktu Isya itu, Lita pulang diantar oleh teman prianya yang dahulu pernah menjadi pacarnya semasa sma. Mereka saling bercerita kisah masa lalu yang begitu manis dan menyenangkan. Sang mantan pun tak ayal menggodanya, dengan godaan-godaan romantis gombal seperti dulu. Lita tersenyum malu mendengarnya. Bagaikan ada yang menyirami manis hatinya dengan segelas sirup dingin. Dirumahnya yang sejuk, menunggu anak-anak dan suami tercintanya. Dan si teman pria masa lalunya berpamitan pada Lita di ujung gang rumah Lita.

Sekar belum lama merasakan jadi istri, tapi ia harus berpisah dengan suaminya, karena sang suami melanjutkan sekolah masternya di luar negri. Sementara untuk ikut dengan suaminya Sekar akan berpikir dua kali karena karir yang dibangunnya jauh sebelum menikah akan hancur jika ia memutuskan meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Komunikasi yang terjalin antara sekar dan suaminya bukanlah sebuah masalah mengingat kemajuan teknologi yang memudahkan keduanya untuk berkomunikasi kapan saja. Tapi siapa yang tak mau jika ada sahabat pria lama yang menaruh hati padanya kerap menghubunginya, memberi perhatian kecil dan mengajaknya makan bersama untuk sekedar ngobrol. Obrolan yang tidak begitu penting memang. Tapi sanggup menyemangati Sekar untuk tetap bertahan meski jauh dari sang suami. Dan sekar mulai menyukai curhat dengan teman lama tersebut yang dulu tak pernah diliriknya sama sekali.

Di sudut belahan bumi lain Fatimah lulusan cumlaude sarjana Science di sebuah perguruan tinggi negri terbaik. Belum lulus pun sudah waiting list pihak yang mengajaknya untuk bekerja sama. Ketika Fatimah ingin memulai karirnya, takdir membawanya menjadi seorang istri pada waktu yang tak pernah ia duga. Ia tinggalkan semua pihak yang mengajaknya bekerja sama. Ia memilih berkhidmat pada suami dan keluarga kecilnya. Ketika setiap teman semasa kuliahnya menyayangkan keputusannya untuk melepas kesempatan berkarir yang baik, Fatimah tak ragu memilih membenahi dirinya agar dapat menjadi istri dan ibu yang baik saja, meski gaji dan jenjang aktualisasi diri yang memadai berada di depan matanya.

Begitu pun Khansa, seorang Muslimah yang terpaksa harus menafkahi anak-anaknya tanpa suami disisinya. Bukan karena sang suami pergi ke luar kota, melainkan sang suami telah menghilang secara misterius akibat ‘suara’nya yang vokal mengkritisi penguasa lalim di masanya. Paras ayunya yang penuh kesederhanaan dan kebijakan, tidak sedikit membuat beberapa laki-laki lain mencoba mendekatinya bahkan melamarnya. Sudah satu setengah tahun memang ia di tinggalkan suaminya dalam keadaan yang tidak pernah ia ketahui. Tapi ia tak ingin menodai kesetiaannya dengan menutup serapat mungkin aksesnya kepada sejumlah laki-laki lain yang sudah siap menggantikan posisi suaminya kapan saja ia mau.

Dengan kondisi zaman yang telah mendekati akhir ini, terkadang tidaklah mudah untuk bertahan menjaga izzah sebagai seorang istri. Perbedaan antara halal dan haram begitu tipis dan terkadang di putar balikkan untuk disesuaikan dengan kondisi zaman. Begitu banyak yang menyatakan dirinya seorang Muslimah, tapi tak sedikit pula yang meninggalkan kemuliaan kemuslimahan mereka dengan memilih untuk menjadi anak zamannya.

Ketika seorang istri sudah tidak lagi malu berpergian dengan laki-laki yang bukan muhrimnya. Ketika seorang istri sudah menikmati mencurahkan isi hatinya bukan pada sang suami dan juga menikmati mendengarkan curahan isi hati laki-laki selain suaminya, dimanakah izzah istri Muslimah yang mulia? Zaman akan membenarkan karena toh, semuanya adalah hal yang wajar-wajar saja selama tak ada kontak fisik badaniah antara sang istri dan lelaki lain tersebut. Tapi kemudian, apakah masih terasa special ketika kita berpergian, mencurahkan isi hati dan mendengar curahan isi hati suami jika kita juga melakukan hal yang sama pada laki-laki lain? Lalu apa ada beda antara suami dan laki-laki lain jika kita memenuhi hak keduanya dengan cara yang tidak berbeda? Tidakkah ada rasa gelisah dan cemas ketika kita memberikan hak suami kita untuk menemani kita berpergian dan hak mendengarkan seluruh perasaan kita pada laki-laki lain yang mungkin juga di luar sana telah memiliki istri.

Izzah wanita Muslimah adalah kemuliaan terbaik yang dianugerahkan Allah padanya. Jika kita merasa bahwa kita adalah seorang wanita yang meyakini jalan keselamatan (baca: Islam) apakah sebuah kemunduran jika kita berlaku seperti halnya fitrah yang sudah Allah berikan pada kita sebagai wanita Muslimah? Izzah (harga diri) wanita Muslimah yang terpeliharalah yang mampu menjadi bahan bakar bagi tumbuhnya generasi tauhid yang kuat dan tangguh. Generasi yang akan memimpin peradaban terbaik yang pernah ada hingga akhir zaman.

Hendaknya, beberapa kisah diatas dapat memberikan hikmah bagi kita. Jika kita merasa memiliki izzah sebagai seorang istri dan wanita muslimah, tunaikan fitrah izzah tersebut sesegera mungkin sebelum ia mendatangkan bencana bagi kita. Wallahu’alam.[gkw]

Minggu, 04 April 2010

Akhlak Mulia Dalam Rumah Tangga

Posted by Kak Galuh On 15.11 | No comments
Akhlak Mulia dalam Rumah Tangga

Penulis Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah
Sakinah Mengayuh Biduk 23 - Juni - 2007 22:21:14

Pihak ketiga selama ini dianggap faktor utama yg memicu pertikaian dlm rumah tangga. Namun jika kita telisik lbh dlm sejati segala ketakserasian yg terjadi lbh disebabkan akhlak dan perilaku suami atau istri sendiri. Sikap-sikap yg jauh dari tuntunan agama yg dipraktikkan alhasil memupuk tiap perselisihan antara suami dan istri yg kemudian menumbuhkan konflik yg bisa berbuah perceraian.

Dalam Al-Qur`an yg mulia termaktub sebuah ayat yg berbunyi:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Sungguh engkau berbudi pekerti yg agung.”
Ayat ini memuat pujian Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Rasul-Nya yg pilihan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kenyataan memang tdk ada manusia yg lbh sempurna akhlak daripada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai suatu anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yg telah memberi taufik kepada beliau. Tidak ada satu pun kebagusan dan kemuliaan melainkan didapatkan pada diri beliau dlm bentuk yg paling sempurna dan paling utama. Hal ini pun diakui oleh para sahabat yg menyertai hari-hari beliau sebagaimana dinyatakan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam manusia yg paling bagus akhlaknya.”
Bagaimana Anas tdk memberikan sanjungan yg demikian sementara ia telah berkhidmat pada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sejak usia sepuluh tahun dan terus menyertai beliau selama 9 tahun.1 tdk pernah sekalipun ia mendapat hardikan dan kata-kata kasar dari Nabi yg mulia ini.
فَخَدَمْتُهُ فِي السَّفَرِ وَالْحَضَرِ، وَاللهِ مَا قَالَ لِي لِشَيْءٍ صَنَعْتُهُ: لِمَ صَنَعْتَ هَذَا هَكَذَا؟ وَلاَ لِشَيْءٍ لـَمْ أَصْنَعْهُ: لِمَ لَمْ تَصْنَعْ هَذَا هَكَذَا؟
“Aku berkhidmat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika safar maupun tidak. Demi Allah terhadap suatu pekerjaan yg terlanjur aku lakukan tdk pernah beliau berkata ‘Kenapa engkau lakukan hal tersebut demikian?’ Sebalik bila ada suatu pekerjaan yg belum aku lakukan tdk pernah beliau berkata ‘Mengapa engkau tdk lakukan demikian?’.”
Demikian pengakuan Anas radhiyallahu ‘anhu.
Kata Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu: “Dalam hadits ini ada keterangan tentang sempurna akhlak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagus pergaulan kesabaran yg luar biasa kemurahan hati dan pemaafannya.”
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika dita oleh Sa’d bin Hisyam bin Amir tentang akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ia menjawab:
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ، أَمَا تَقْرَأُ الْقُرْآنَ قَوْلَ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى : ؟
“Akhlak beliau adl Al-Qur`an. Tidakkah engkau membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ‘Sungguh engkau berbudi pekerti yg agung’?”

Gambaran apa saja yg diperintahkan Al-Qur`an beliau lakukan. Dan apa saja yg dilarang Al-Qur`an beliau tinggalkan. Selain memang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan beliau dgn tabiat dan akhlak yg mulia seperti rasa malu dermawan berani penuh pemaafan sangat sabar dan lain sebagai dari perangai-perangai yg baik.
Kebagusan akhlak ini tampak dari diri beliau ketika bergaul dgn istri sanak famili sahabat masyarakat bahkan dgn musuhnya. tdk heran masyarakat Quraisy yg paganis ketika itu memberi gelar pada beliau Al-Amin orang yg terpercaya jujur tdk pernah dusta lagi amanah sebagai bentuk pengakuan terhadap salah satu pekerti beliau yg mulia.

Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam Bersama Istrinya
Keberadaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pemimpin tiap hari tersibukkan dgn beragam persoalan umat mengurusi dan membimbing mereka bukanlah menjadi alasan beliau utk tdk meluangkan waktu membantu istri di rumah. Bahkan didapati beliau adl orang yg perhatian terhadap pekerjaan di dlm rumah sebagaimana persaksian Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika dita tentang apa yg dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dlm rumah. Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan:
كاَنَ يَكُوْنُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ - تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ - فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ
“Beliau biasa membantu istrinya. Bila datang waktu shalat beliau pun keluar utk menunaikan shalat.”
Beliau ikut turun tangan meringankan pekerjaan yg ada seperti kata istri beliau Aisyah radhiyallahu ‘anha:
كَانَ بَشَرًا مِنَ الْبَشَرِ، يَفْلِي ثَوْبَهُ وَيَحْلُبُ شَاتَهُ وَيَخْدُمُ نَفْسَهُ
“Beliau manusia sebagaimana manusia yg lain. Beliau membersihkan pakaian memerah susu kambing dan melayani diri sendiri.”
Sifat penuh pengertian kelembutan kesabaran dan mau memaklumi keadaan istri amat lekat pada diri Rasul. Aisyah radhiyallahu ‘anha berbagi cerita tentang kasih sayang dan pengertian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
دَخَلَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِنْدِي جَارِيَتَانِ تُغَنِّيَانِ بِغِنَاءِ بُعَاثَ، فَاضْطَجَعَ عَلَى الْفِرَاشِ وَحَوَّلَ وَجْهَهُ. وَدَخَلَ أَبُوْ بَكْرٍ فَانْتَهَرَنِي وَقَالَ: مِزْمَارَةُ الشَّيْطَانِ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: دَعْهُماَ. فَلَمَّا غَفَلَ غَمَزْتُهُمَا فَخَرَجَتَا
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke rumahku sementara di sisiku ada dua budak perempuan yg sedang berdendang dgn dendangan Bu’ats2. Beliau berbaring di atas pembaringan dan membalikkan wajahnya. Saat itu masuklah Abu Bakr. Ia pun menghardikku dgn berkata ‘Apakah seruling setan dibiarkan di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap ke arah Abu Bakr seraya berkata ‘Biarkan keduanya’.3 Ketika Rasulullah telah tertidur aku memberi isyarat kepada kedua agar menyudahi dendangan dan keluar. Kedua pun keluar.”
وَكَانَ يَوْمُ عِيْدٍ يَلْعَبُ السُّوْدَانُ بِالدَّرَقِ وَالْحِرَابِ، فَإِمَّا سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِمَّا قَالَ: تَشْتَهِيْنَ تَنْظُرِيْنَ؟ فَقُلْتُ: نَعَمْ، فَأَقَامَنِي وَرَاءَهُ، خَدِّي عَلَى خَدِّهِ، وَهُوَ يَقُوْلُ: دُوْنَكُمْ ياَ بَنِي أَرْفِدَةَ. حَتَّى إِذَا مَلِلْتُ، قَالَ: حَسْبُكِ؟ قُلْتُ: نَعَمْ. قَالَ: فَاذْهَبِي
“Biasa pada hari raya orang2 Habasyah bermain perisai dan tombak . Aku yg meminta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sendiri menawarkan dgn berkata ‘Apakah engkau ingin melihat permainan mereka?’ ‘Iya’ jawabku. Beliau pun memberdirikan aku di belakang pipiku menempel pada pipi beliau. Beliau berkata: ‘Teruskan wahai Bani Arfidah4.’ Hingga ketika aku telah jenuh beliau berta ‘Cukupkah?’ ‘Iya’ jawabku. ‘Kalau begitu pergilah’ kata beliau.”

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata: “Dalam hadits ini ada keterangan tentang sifat yg dimiliki Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa penyayang penuh kasih berakhlak yg bagus dan bergaul dgn baik terhadap keluarga istri dan selain mereka.”
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu saat menafsirkan ayat: وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ menyatakan “Termasuk akhlak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau sangat baik hubungan dgn para istri beliau. Wajah senantiasa berseri-seri suka bersenda gurau dan bercumbu rayu bersikap lembut terhadap mereka dan melapangkan mereka dlm hal nafkah serta tertawa bersama istri-istrinya. Sampai-sampai beliau pernah mengajak Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha berlomba lari utk menunjukkan cinta dan kasih sayang beliau terhadapnya.”

Ummul Mukminin Shafiyyah radhiyallahu ‘anha berkisah bahwa suatu malam ia pernah mengunjungi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat sedang i’tikaf di masjid pada sepuluh hari yg akhir dari bulan Ramadhan. Shafiyyah berbincang bersama beliau beberapa waktu. Setelah ia pamitan utk kembali ke rumahnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bangkit utk mengantarkan istrinya. Hingga ketika sampai di pintu masjid di sisi pintu rumah Ummu Salamah lewat dua orang dari kalangan Anshar kedua mengucapkan salam lalu berlalu dgn segera. Melihat gelagat seperti itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegur kedua “Pelan-pelanlah kalian dlm berjalan tdk usah terburu-buru seperti itu krn tdk ada yg perlu kalian khawatirkan. Wanita yg bersamaku ini Shafiyyah bintu Huyai istriku.” Kedua menjawab “Subhanallah wahai Rasulullah tidaklah kami berprasangka jelek padamu.” Beliau menanggapi “Sesungguh setan berjalan pada diri anak Adam seperti beredar darah dan aku khawatir ia melemparkan suatu prasangka di hati kalian.”

Akhlak Mulia dlm Rumah Tangga
Tuturan di atas hendak memberikan gambaran kepada pembaca tentang indah rumah tangga seorang muslim yg memerhatikan akhlak mulia dlm pergaulan suami istri sebagaimana rumah tangga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga perhatian terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan bagi seorang suami maupun seorang istri. Karena terkadang ada orang yg bisa bersopan santun berwajah cerah dan bertutur manis kepada orang lain di luar rumah namun hal yg sama sulit ia lakukan di dlm rumah tangganya. Ada orang yg bisa bersikap pemurah kepada orang lain ringan tangan dlm membantu suka memaafkan dan berlapang dada namun giliran berhadapan dgn “orang rumah” istri ataupun anak sikap seperti itu tdk tampak pada dirinya.

Menyinggung akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada keluarga mk hal ini tdk hanya berlaku kepada para suami sehingga para istri merasa suami sajalah yg tertuntut utk berakhlak mulia kepada istrinya. Sama sekali tdk dapat dipahami seperti itu. Karena akhlak mulia ini harus ada pada suami dan istri sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas kebaikan. Memang suamilah yg paling utama harus menunjukkan budi pekerti yg baik dlm rumah tangga krn dia sebagai qawwam sebagai pimpinan. Kemudian dia tertuntut utk mendidik anak istri di atas kebaikan sebagai upaya menjaga mereka dari api neraka sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“Wahai orang2 yg beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yg bahan bakar adl manusia dan batu penjaga malaikat-malaikat yg kasar yg keras yg tdk pernah mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yg diperintahkan.”
Seorang istri pun harus memerhatikan perilaku kepada sang suami sebagai pemimpin hidupnya. tdk pantas ia “menyuguhi” suami ucapan yg kasar sikap membangkang membantah dan mengumpat. tdk semesti ia tinggi hati terhadap suami dari mana pun keturunan seberapa pun kekayaan dan setinggi apa pun kedudukannya. tdk boleh pula ia melecehkan keluarga suami menyakiti orang tua suami menekan suami agar tdk memberikan nafkah kepada orang tua dan keluarganya.

Kenyataan banyak kita dapati istri yg berani kepada suaminya. tdk segan saling berbantah dgn suami bahkan adu fisik. Ia tdk merasa berdosa ketika membangkang pada perintah suami dan tdk menuruti kehendak suami. Ia merasa tenang-tenang saja ketika hak suami ia abaikan. Ia menganggap biasa perbuatan menyakiti mertua. Ia tekan suami agar tdk memberi infak pada keluarganya. Ia mengumpat ia mencela ia menyakiti Istri yg seperti ini gambaran jelas bukan istri yg berakhlak mulia dan bukanlah istri shalihah yg dinyatakan dlm hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguh dunia itu adl perhiasan5 dan sebaik-baik perhiasan dunia adl wanita/istri shalihah.”
Dan bukan istri yg digambarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhuma:
أَلاَ أُخْبِرُكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ
“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki yaitu istri shalihah yg bila dipandang akan menyenangkannya6 bila diperintah7 akan menaatinya8 dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga harta dan keluarganya.”

Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullahu menyatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memandang perlu memberi kabar gembira kepada para sahabat tentang perbendaharaan harta mereka yg terbaik di mana harta ini lbh baik dan lbh kekal yaitu istri yg shalihah yg cantik lahir batin. Karena istri yg seperti ini akan selalu menyertai suaminya. Bila dipandang suami ia akan menyenangkannya. Ia tunaikan kebutuhan suami bila suami membutuhkannya. Ia dapat diajak bermusyawarah dlm perkara suami dan ia akan menjaga rahasia suaminya. Bantuan kepada suami selalu diberikan ia menaati perintah suami. Bila suami sedang bepergian meninggalkan rumah ia akan menjaga diri harta suami dan anak-anaknya.
Oleh krn itu wahai para istri perhatikanlah akhlak kepada suami dan kerabatnya. Ketahuilah akhlak yg baik itu berat dlm timbangan nanti di hari penghisaban dan akan memasukkan pemilik ke dlm surga sebagaimana dikabarkan dlm hadits berikut ini. Abud Darda` z mengabarkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ اللهَ يُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِئَ
“Tidak ada sesuatu yg lbh berat dlm timbangan seorang mukmin kelak di hari kiamat daripada budi pekerti yg baik. Dan sungguh Allah membenci orang yg suka berkata keji berucap kotor/jelek.”
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ، قاَلَ: تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ. وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ، قَالَ: الْفَمُ وَالْفَرْجُ
“Rasulullah dita tentang perkara apa yg paling banyak memasukkan orang ke dlm surga. Beliau menjawab ‘Takwa kepada Allah dan budi pekerti yg baik.’ Ketika dita tentang perkara yg paling banyak memasukkan orang ke dlm neraka beliau jawab ‘Mulut dan kemaluan’.”
Bagi para suami hendak pula memerhatikan pergaulan dgn istri krn Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
“Mukmin yg paling sempurna iman adl yg paling baik akhlak dan sebaik-baik kalian adl yg paling baik terhadap istri-istrinya.”
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

1 Kata Anas radhiyallahu ‘anhu:
خَدَمْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِسْعَ سِنِيْنَ ..
“Aku berkhidmat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selama sembilan tahun.”

2 Bu’ats adl hari yg masyhur di antara hari-hari yg berlangsung dlm sejarah orang Arab. Pada hari tersebut terjadi peperangan besar antara Aus dan Khazraj. Peperangan antara kedua terus berlangsung selama 120 tahun sampai datang Islam. Syair yg didendangkan dua anak perempuan tersebut berbicara tentang peperangan dan keberanian. Sementara keberanian diperlukan utk membantu agama ini. Adapun nyanyian yg menyebutkan perbuatan keji perbuatan haram dan ucapan yg mungkar mk terlarang dlm syariat ini. Dan tdk mungkin nyanyian seperti itu didendangkan di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau diam tdk mengingkarinya.

3 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan istri mendengarkan dendangan tersebut krn hari itu bertepatan dgn hari raya . Sementara pada hari raya diperkenankan bagi kaum muslimin utk menampakkan kegembiraan bahkan hal ini termasuk syiar agama selama dlm koridor syariat tentunya. Dan hadits ini bukanlah dalil utk menyatakan boleh bernyanyi dan mendengarkan nyanyian baik dgn alat ataupun tanpa alat sebagaimana anggapan kelompok Sufi.

4 Sebutan utk orang2 Habasyah

5 Tempat utk bersenang-senang.

6 Karena keindahan dan kecantikan secara lahir krn kebagusan akhlak secara batin atau krn dia senantiasa menyibukkan diri utk taat dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

7 Dengan perkara syar’i atau perkara biasa.

8 Mengerjakan apa yg diperintahkan dan melayaninya.



Sumber: www.asysyariah.com

KOMENTAR SAHABAT

INSIST

Hidayatullah ONLINE