Selasa, 10 Maret 2015



Pagi itu di TBM Rumah Cahaya FLP Depok, Ahad 08 Maret 2015 para relawan cahaya sudah disibukkan oleh persiapan agenda rutin yang diselenggarakan sebulan sekali, yaitu Dongeng Bulanan. Di episode bulan Maret ini, tagline  yang dipilih adalah  “Menjadi Enterpreuneur Yang Mandiri Sejak Kecil”. Tagline ini sengaja dihadirkan pada bulan ini untuk mengenalkan cara menjadi pengusaha sejak dini dengan modal seminim mungkin kepada anak-anak pengunjung TBM. Dengan mulai diberlakukannya pasar bebas ASEAN di tahun 2015 ini, maka tema enterpreuner ini menjadi signifikan untuk dihadirkan. Pembahasan secara luas mengenai tema ini, TBM Rumah Cahaya FLP Depok menghadirkan pakar parenting Ibu Emmy Soekresno sebagai nara sumber.

Meskipun hujan cukup deras turun selama acara berlangsung, namun ini tidak menjadi halangan yang berarti. Hal ini dibuktikan dengan membludaknya peserta hingga sekitar 80 anak , dua kali lipat dari jumlah peserta yang biasa hadir. Acara yang semula dijadwalkan akan digelar di arena play ground samping TBM, dipindahkan sementara ke aula utama. Saat itu juga aula terlihat sangat penuh dikarenakan tempat yang biasa menampung sekitar 30an peserta saja  itu mendadak  harus menampung 80 peserta pada pagi itu. Namun demikian, ini tidak menyurutkan semangat teman-teman kecil peserta acara dongeng bulanan untuk tetap mengikuti acara hingga selesai.

Sebelum sesi pembahasan tentang apa itu enterpreuneur dan bagaimana cara menjalankannya di usia dini, acara dibuka dengan kegiatan dongeng yang dibawakan oleh salah satu relawan cahaya. Menyesuaikan dengan tema, cerita tentang kisah sahabat  Abdu Rahman Bin Auf, ra yang memiliki strategi cerdas sebagai enterpreuneur sukses menjadi pilihan isi dongeng kali ini. Dikisahkan bahwa beliau merupakan pengusaha yang sukses karena menjual unta dengan harga paling murah diantara pedangan unta lainnya. Namun demikian, yang membuatnya lebih kaya diantara yang lainnya adalah karena ia menyimpan tali yang dipakai untuk mengikat untanya, pada setiap unta yang berhasil di jual. Dengan demikian, karena harga unta yang murah, banyak yang membeli unta padanya, sehingga banyak juga tali yang berhasil ia simpan sebagai upah penjualan unta yang murah. Hingga akhirnya para pemilik unta sukar menemukan tali untuk mengikat untanya, maka pada saat itulah beliau menjual tali yang sudah disimpannya. Keuntungan dari hasil penjualan tali itulah yang membuat ia menjadi seorang enterpreuneur yang sukses.

Setelah sesi dongeng selesai, acara dilanjutkan dengan penjelasan mengenai tema terkait oleh narasumber utama. Tidak selesai sampai di situ, para peserta diajak membuat sebuah kreatifitas yang bahan-bahannya bisa didapatkan dengan mudah di lingkungan sekitar. Hasil kreatifitas inilah yang kemudian disarankan oleh nara sumber untuk dijadikan modal menjadi enterpreuneur pemula. Kemudahan cara membuat dan bahan-bahan yang diperlukan barang yang akan dijual inilah yang menjadi poin utama agar para peserta mengenal konsep enterpreuneur ini secara sederhana terlebih dahulu.

Dongeng bulanan episode Maret telah selesai dilaksanakan. Pada acara kali ini peserta mendapat banyak pelajaran yang bisa dibawa pulang kerumah sebagai bekal untuk tumbuh dan berkembang selanjutnya. Mereka belajar bagaimana menjadi mandiri sejak kecil, berkreatifitas tanpa batas dari barang-abrang bekas, peduli terhadap lingkungan dengan mengurangi sampah dan menjadikannya barang berguna baru, mereka juga belajar berbagi karena bahan-bahan yang disiapkan oleh nara sumber terbatas sesuai dengan estimasi peserta yang biasa hadir dan disamping itu mereka juga harus belajar bersabar karena tempat mereka belajar pada hari itu tidak seluas biasanya sehingga mereka harus belajar dengan kondisi yang kurang nyaman. Selamat berpetualang menjadi enterpreuneur cilik teman-teman... Selamat bertemu lagi di acara dongeng bulanan selanjutnya. (gkw)

Senin, 02 Maret 2015

Dongeng Bulanan Rumcay Maret 2015

Posted by Kak Galuh On 08.30 | No comments
Bismillahirrahmanirrahim
 
Assalamualaikum Ayah-Bunda dan adik-adik Sahabat Cahaya...

Waaah rasanya kangen ya dua bulan ga ketemu...
 

Yuk hadir lagi di acara dongeng bulanan Rumah Cahaya...

Di bulan Maret ini kita mau belajar sama-sama dengan Bunda Emmy Soekresno, tentang bagaimana caranya menjadi "enterpreneur" yang mandiri sejak kecil.

Wah pasti seruuu banget yaaa...

Bisa-bisa kalau serius, kita jadi punya tabungan sendiri buat nambahin uang saku atau buat beli buku...

Selain itu ada dongengnya juga lho...

Acaranya serruuu banget jangan sampai ketinggalan ya teman-teman...
Catat nih waktunya...
Hari: Minggu/Ahad, 8 Maret 2015
Pukul: 9.00 - 12.00 wib
Tempat: Jalan Tole Iskandar Raya, Perum. Griya Lembah Depok Blok B3/20, 04/024 (depan taman/playground).


 Yang mau hadir konfirmasi yaaa...

It's All for FREE...

CP:
-Kak Galuh-
Hp.: 087788656022
Pin BB.: 538BF79C

Sabtu, 28 Juni 2014

Mengapa Rumah Cahaya

Posted by Kak Galuh On 11.40 | No comments
Tepatnya 1 Ramdhan 1433 H Rumah Cahaya FLP Depok berdiri. Berati Ramadhan kali ini adalah tahun yang kedua. Dua tahun lalu, saat memutuskan untuk memberi ruang penuh pada Rumah Cahaya di Perumahan Griya Lembah, yang terlintas pertama adalah, bahwa rumah ini akan menjadi pusat aktivitas anak-anak sekitarnya untuk bertumbuh kembang dengan layak dan seharusnya. Namun seiring dengan perjalanannya, hal itu masih dalam proses yang tidak mudah untuk terwujud.

Merekadaya lingkungan anak dengan menjadikannya sebagai wahana kegiatan membaca adalah sesuatu hal yang menyenangkan, namun hal itu di zaman sekarang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Di tambah munculnya era trend "gadget" dan teknologi tinggi yang mampu mengakses dengan hitungan detik segala informasi dunia dalam genggaman. Well, itu semua sudah cukup untuk meruntuhkan minat baca buku di kalangan anak-anak dan remaja hari ini. Bagi mereka, memiliki gadget paling mutakhir dan mampu eksis di sosmed adalah lebih keren tinimbang harus berkutat dengan buku-buku. Lalu apakah ini akan mematikan langkah kami untuk bergerak? Tentu saja tidak!

Meski terlihat berjalan seperti keong, tapi harapan dan visi-misi kami terhadap anak-anak sekitar Rumah Cahaya belum berhenti. Kami terus mencari ide-ide agar membaca buku dan mencintai dunia literasi itu dapat menjadi tren yang keren. Satu langkah yang berhasil bertahan hingga hari ini adalah dongeng bulanan. Meski kadang terseok-seok hanya dapat kami lakukan sebulan sekali saja, tapi ternyata kegiatan ini selalu dinanti. Maka muncullah secercah harapan, bahwa kami hanya perlu memberikan fasilitas dan ruang bermain alternatif yang konsisten untuk dapat merebut hati mereka. Tentu saja dongeng bulanan bukanlah satu-satunya cara untuk dapat merangkul mereka mendekat. Karena target kegiatan ini terkadang hanya sampai pada level anak-anak balita dan SD kelas rendah (1-3). Di atas level tersebut, dengan sendirinya mulai berguguran satu demi satu karena merasa sudah tidak ada gregetnya lagi. Ini tentu saja menjadi PR besar bagi kami. Kami harus memikirkan rumusan kegiatan lain yang dapat memberi perhatian bagi anak-anak remaja tanggung ini agar dapat terfasilitasi proses tumbuh kembangnya. Mungkin suatu saat bisa berupa kelompok teater anak, komunitas baca-tulis anak yang permanen, kelompok hafiz Qur'an, kelompok futsal, atau wahana lainnya.

Waktu kami yang terbatas dalam mengelola Rumah Cahaya juga menjadi PR yang terus menunggu untuk diselesaikan. Bukan tidak ingin mencurahkan 100% waktu pada Rumah Cahaya. Namun, karena kami harus 'menghidupi' keluarga dan juga 'Rumah Cahaya' itu sendiri. Maka kami juga bekerja untuk memenuhi lumbung-lumbung tersebut. Alhasil, Rumah Cahaya belum dapat tersedia waktu pada tiap harinya. Padahal semakin intens kami hadir di antara anak-anak, maka akan semakin besar kesempatan kami untuk dapat merangkul mereka. Baiklah, ini PR besar. PR besar yang akan kami serahkan pada Sang Maha Perencana agar kami dapat dimampukanNya untuk menyelesaikan PR itu.

Jadi, harapan untuk menjadikan Rumah Cahaya sebagai markas tumbuh kembang anak-anak untuk menjadi generasi yang dapat membangkitkan bangsa ini lebih baik, masih menjadi agenda utama kami. Melalui dunia literasi tentunya (baca: gemar membaca dan menulis). Dan karena pengunjung Rumah Cahaya berasal dari beraneka ragam latar belakang (anak-anak komplek perumahan, anak-anak kampung sekitar komplek, dan anak-anak dari berbagai lokasi yang lumayan jauh dari Rumah Cahaya) maka kami harus sering-sering menyisipkan agenda cinta literasi ini dalam berbagai bentuk yang fleksibel, seperti kegiatan mendongeng, bermain dan belajar yang menyenangkan.

Inilah yang akan selalu menjadi alasan kami untuk terus bertahan pada Rumah Cahaya. Wallahualam. [gkw]

Kamis, 14 Maret 2013

Mereka Panggil Aku Wanita Pemakan Jantung

Posted by Kak Galuh On 08.22 | 1 comment
Dadaku bergemuruh menyaksikan kaum Muslimin yang sedang shalat di sekeliling Ka’bah. Apa yang terjadi dengan qolbu-ku? Mengapa rasanya begitu berbeda seperti sebelumnya? Lelaki itu, Muhammad, lelaki yang memimpin kaum Muslimin melaksanakan sujud di Ka’bah, aku membencinya dengan segenap jiwa ragaku. Tapi hari ini, setelah ku saksikan semua ini, aku menyangkal rasa benci itu. Mengapa rasanya aku ingin turut bersama mereka? Apa ini yang sudah dirasakan suamiku sehari sebelumnya? Bergemuruh jugakah seperti diriku? Aku malu. Aku takut.  Tapi aku juga ingin merasakan kegembiraan yang meluap-luap itu, seperti saudara-saudaraku yang lain, yang telah bergabung bersama Muhammad, lelaki terakhir penerima wahyu Ilahi. Oh Tuhan, bantulah aku.

“Siapa yang masuk ke rumah ku, maka ia akan selamat”. teriakan suamiku tempo hari masih terngiang jelas di telingaku. Bodoh sekali aku, yang tak mempercayai ucapannya di hadapan kaum-ku. Padahal suamiku telah mengetahui kedatangan kaum Muslimin jauh sebelum mereka memasuki kota Mekkah dan menaklukkannya. Bertahan pada harga diri yang salah, telah membuatku buta pada kebenaran cahaya Ilahi. Dengan lantang dan tanpa keraguan, suamiku mengingatkan kaum-ku untuk menyelamatkan diri dari pasukan Muhammad. Tapi aku mencegahnya dengan menyebarkan dusta terhadap seseorang yang seharusnya kutaati karena haknya yang besar padaku. Aku telah membuat kesalahan dengan menghina suamiku sebagai pemimpin kaumnya yang buruk. Saat itu, aku tak terima. Ia memutuskan memeluk Islam dan berdiri bersama pasukan Muhammad yang ku benci. Ia peringatkan setiap orang untuk menyerah dan memeluk Islam bersamanya. Tentu saja aku tak terima. Bukankah selama ini, ia bersama petinggi Quraisy adalah pemimpin yang ajeg mempertahankan agama nenek moyang kami?  Apa yang membuatnya berubah seketika. Namun ia tak menyerah dan termakan oleh hasutanku. Ia tetap memperingatkan kaum-ku untuk mengikuti Muhammad sebagai pemimpin baru kami. “Celakalah kalian! Jangan terperdaya oleh ocehan perempuan itu, sungguh Muhammad telah datang dengan membawa kekuatan yang tidak mungkin kalian hadapi” lalu seseorang dari kaum-ku menginterupsinya “semoga Allah membinasakanmu. Mana cukup rumahmu untuk menampung kami semua.”dan suamiku masih mempertahankan ucapannya seraya berkata” barang siapa yang menutup pintunya maka dia aman. Barang siapa masuk ke masjid maka dia aman.” Setelah mendengar penjelasan suamiku yang sudah lebih masuk akal, lalu mereka berpencar dari kerumunan. Ada yang pulang kerumah dan menutup pintu rumahnya, ada pula yang masuk ke dalam masjid. Aku tak percaya menyaksikan ini terjadi. Mereka bagaikan kerbau yang di cocok hidungnya oleh ucapan-ucapan suamiku. Aku menyesal karena tak turut mempercayai kebenarannya ketika itu. Dan saat Mekkah benar-benar di taklukkan oleh Muhammad beserta pasukan Muslimin. Ada rasa takut yang menghujam sanubariku.

Rasa takut-ku bukan tak beralasan. Tidak serta-merta karena aku adalah seorang Quraisy yang menentang ajaran baru Muhammad. Tapi ini semua karena ku teringat akan apa yang ku lakukan pada Hamzah bin Abdul Munthalib. Dendamku yang membara kepada Singa Allah itu telah menutupi nurani kemanusiaanku. Terbayang-bayang olehku kematian Ayah, paman dan saudara kandungku pada perang Badar. Hamzah telah membunuh Ayah, lalu dengan bantuan Ali bin Abu Thalib ia bunuh juga paman dan saudara lelaki yang sangat ku sayangi. Aku sedih dan kecewa atas kematian mereka. Kesedihan ini menimbulkan dendam kesumat yang membara. Lalu kaum-ku merancang penyerangan balik dengan strategi, pasukan dan alat perang yang lebih lengkap dari sebelumnya.  Semua itu kami persiapkan demi membalas kekalahan saat Badar. Setahun kemudian, rencana ini terealisasikan pada perang Uhud. Suamiku yang perkasa, memimpin pasukan Quraisy dan membawa kami para wanita ikut serta ke medan peperangan. Hal ini kami lakukan untuk menyemangati pasukan Quraisy agar mampu mengembalikan harga diri kami yang telah terinjak-injak sebelumnya. Bahkan aku telah menghasut Wahsyi bin Harb, budak  milikku yang telah kuketahui kemahirannya dalam melempar tombak, untuk turut dalam peperangan dan menjadikan Hamzah sebagai target utamanya. Jika ia berhasil membunuh Hamzah, maka ku hadiahkan padanya kemerdekaan sebagai budak dan beberapa hartaku. Wahsyi pun tak menyiakan kesempatan emas ini. Apa lagi yang diharapkan seorang budak selain kemerdekaannya yang hakiki.

Gencarnya perlawanan kaum Muslimin membuat kami kewalahan. Entah kekuatan dari mana yang menyebabkan mereka menjadi terlihat banyak melebihi pasukan kami, begitu perkasa dan tak takut mati menghadapi kami. Bayang-bayang kekalahan Badar menghantui kami kembali. Kami pun sempat ingin melarikan diri atas sengitnya serangan pasukan Muslimin. Namun, ketika ada beberapa kelompok yang sedang lengah, kami mencoba untuk kembali melawan. Dan keadaan menjadi berbalik. Kelengahan pasukan Muslimin memberikan celah bagi kami untuk membalas. Sebagian dari mereka sibuk mengumpulkan harta rampasan perang. Oleh karenannya, kami mampu memukul mundur mereka. Kemenangan ini semakin terasa menggembirakanku pada saat itu, karena ternyata Wahsyi mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Ia mampu membunuh Hamzah dengan tombaknya hingga menembus ke belakang perut. Aku tak kuasa menahan kegembiraan yang penuh dengan hawa nafsu. Bersama dengan beberapa wanita Quraisy lainnya ku rusak tubuh Hamzah. Ku mutilasi hidung dan kupingnya. Lalu perutnya ku robek hingga terlihat jantungnya. Masih belum terpuaskan oleh rasa benci yang menggelora, aku memakan jantung Hamzah. Sungguh menjijikan perilaku ku saat itu. Tak kuasa ku menelannya, lantas kumuntahkan kembali, sampai-sampai suamiku tak mau bertanggung jawab atas kejadian itu. Aku senang, puas karena kematian Ayah-ku Utbah, pamanku Syaibah dan Saudara laki-lakiku Al-Walid telah terbalaskan. Perasaan senang yang semu. Sesemu keyakinanku pada agama warisan nenek moyang kami dulu. Ya Allah, ampuni aku.

Kini, aku takut darahku tertumpah oleh kaum Muslimin atas kematian Hamzah yang sangat biadab oleh ke jahiliyahan-ku. Sebenarnya dalam hati kecilku, aku membenarkan segala perkataan Muhammad tentang iman dan islam. Dan perasaan itu semakin kuat kurasakan saat ini. Saat dimana, ada sejumlah kelompok yang berkerumun memuja Tuhannya mampu membuat bulu kuduk-ku merinding. Hari ini hari kedua setelah peristiwa fathu makkah. Penaklukan terhadap Mekkah ini, tak semata-mata merupakan kemenangan kaum Muslimin saja. Karena sejatinya kemenangan ini adalah kemenangan untuk seluruh alam beserta isinya. Inilah visi dan misi lelaki bersahaja itu. Sungguh mulia. Sungguh berat. Dan aku telah menodai kebenaran yang sempurna ini dengan memperturutkan hawa nafsu belaka. “aku ingin mengikuti dan berbai’at pada Muhammad, maka bawalah aku menghadapnya !” pintaku seketika. Suamiku terkejut mendengarnya. Ia mendapati ku selama ini sebagai perempuan yang keras terhadap prinsip, hingga ia berkata padaku “ Sungguh, aku melihat kemarin kamu benci dengan perkataan tersebut?” “Demi Allah, aku belum pernah melihat Allah di sembah dengan sebenar-benarnya di dalam masjid sebagaimana yang aku lihat kemarin malam. Demi Allah, kemarin malam aku melihat orang-orang tidak melakukan selain shalat dengan berdiri, rukuk, dan bersujud.” Bergetar hatiku saat menceritakan peristiwa yang menakjubkan itu. Semua yang kubicarakan pada suamiku terjadi dengan sendirinya tanpa pernah ku rancang sebelumnya. Spontan saja, mengikuti kata hati dan tak dapat ku tahan. “sesungguhnya engkau telah banyak berbuat salah, maka pergilah bersama laki-laki dari kaum-mu.” Ucap suamiku menanggapi.

Tanpa banyak bertanya lagi aku datang pada Umar bin Khattab. Dan Umar menjamin keselamatanku hingga aku berbai’at bersama beberapa wanita quraisy lainnya. Dengan perasaan yang semakin mantab, kukenakan cadar untuk menemui laki-laki terhormat dan termulia sepanjang jaman ini. Berbaris di hadapannya tak mampu mengurangi kecemasanku akan dosa yang pernah ku perbuat terhadap Hamzah. Cadar ini semata untuk menyamarkan perempuan jahiliyah pendosa seperti ku agar tak mendatangkan keburukan seperti keburukan yang pernah kulakukan sebelumnya.  Akhirnya tibalah saat-saat mendebarkan bagiku. Lelaki pilihan Allah itu mulai membai’at kami “kalian bai’at aku dengan syarat kalian tidak menyekutukan sesuatupun dengan Allah dan tidak mencuri” aku tak dapat menahan kegundahan tentang perkataannya hingga ku katakan apa yang terjadi padaku sebelumnya “wahai Rasulullah, sesungguhnya suamiku Abu Sofyan adalah lelaki yang sangat kikir. Bagaimana jika aku mengambil sebagian hartanya tanpa dia ketahui?” “semua yang engkau ambil telah ku halalkan!’ ucap suamiku seketika yang berada tak jauh dari kami. Mendengar dialog antara aku dan suamiku, lelaki bersahaja itu tersenyum dan langsung mengenaliku. Ia berkata,“engkau pasti Hindun binti Utbah.” “wahai Rasulullah, segala puji bagi Allah yang memenangkan Dien yang telah dipilih-Nya sehingga bermanfaat bagiku, semoga Allah merahmati anda wahai Muhammad.

Sesungguhnya aku adalah wanita yang telah beriman kepada Allah dan membenarkan Rasul-Nya” tak kuasa lagi segera kuakhiri penyamaranku dengan membuka cadar seraya berkata “akulah Hindun binti Utbah, maka maafkanlah dosaku yang silam, semoga Allah memaafkan engkau” dan ia pun menyambutku dengan penuh keramahan “selamat datang untukmu”. Kemudian ia melanjutkan bai’atnya, hingga ku bertanya padanya “wahai Rasulullah, bolehkah kami bersalaman denganmu? “ia pun menjawab dengan lugas “sesungguhnya aku tidak bersalaman dengan wanita. Perkataanku kepada seratus wanita, seperti perkataanku kepada seorang wanita.” Sungguh di luar perkiraan. Lelaki bijaksana yang ada dihadapanku ini benar-benar menampakkan kemuliaan agama cahaya yang menyinarinya. Ia telah memaafkan orang yang telah memakan jantung sahabat sekaligus pamannya, Hamzah. Tak ada keraguan lagi dalam hati ku untuk memeluk cahaya Ilahi ini sebagai agama baru ku. “Demi Allah, tidak ada di atas bumi ini,  penghuni kemah yang aku lebih suka mereka terhina daripada penghuni kemahmu. Sekarang, tidak ada di atas bumi ini, penghuni kemah yang aku lebih suka mereka mulia daripada penghuni kemahmu” ungkapku tulus pada lelaki yang di juluki Al-Amin itu. Lalu ia menjawab “demi yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya semoga kamu begitu pula”. 

Sesampai ku di rumah, kurenungi peristiwa yang baru saja kualami. Peristiwa yang membalikkanku ke titik nol. Titik dimana aku sadar siapa diriku dan untuk apa aku ada di dunia ini. Menangislah aku sejadi-jadinya. Betapa aku telah menyia-nyiakan waktuku selama ini hanya untuk sesuatu yang bathil. Sesuatu yang tak ada jaminannya untuk kupertahankan. Lihatlah patung-patung yang berada di sudut rumahku itu. Aku benci pada mereka. Tak ada yang bisa menahanku untuk mengambil kapak di dapur. Kuhampiri sembahan palsu yang telah menipu keimananku berpuluh tahun yang lalu. Yang menyebabkan qalbu ku menadi mati hingga mampu membunuh dengan kejam seorang solihin seperti Hamzah. “kau telah memperdayaiku” teriak ku geram sambil menghantamkan kapak pada berhala menjijikkan di depanku itu. Tamat sudah riwayatnya. Mereka sudah hancur berkeping-keping bersama kejahiliyahanku yang telah kubunuh dan ku kubur. Lelah setelah melakukannya, lelah terhadap kebohongan yang selama ini menopengi kehidupan kelamku. Tapi juga ada semilir kelegaan yang berhembus makin dalam ke rongga-rongga jiwaku. Kebohongan itu telah tergantikan oleh kebenaran iman yang pasti. Yang menjamin kebersihan hati. Sungguh mulia akhlakmu duhai Rasulullah. Tak sedikitpun kau menoreh dendam padaku yang merupakan musuhmu di masa lalu. Kemuliaan ini adalah gambaran dari keyakinan baru yang kau tawarkan pada kami sejak dulu. Begitu indah, begitu benar. Katamu kami semua sama. Yang membedakan kami adalah ketakwaan kami pada-Nya. Tak perduli seberapa kelam masa lalu kami. Baik yang lebih dulu beriman maupun yang kemudian, semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi kekasih-Nya. Keyakinan yang kau pertahankan itu telah memberikan kesempatan pada kami untuk menafasi kehidupan kami dengan kebenaran. Dan ini telah membuat hati kami lebih lapang dalam menjalani kehidupan ya Rasulullah. Meskipun hingga kini tak sedikit yang masih memanggilku dengan julukan Aklatul Akbad, Wanita pemakan jantung!  ***

Allahuma Shalli ala Muhammad, Ya Robbi Sholli Allaihi Wa Sholli….



Sumber:
1.    Buku “35 Sirah Shahabiyah”
2.    Nisaa’ Haular Rasuuli, Mahmud Mahdi Al-Istanbuli dan Musthafa Abu Nashr Asy-Syalabi.
3.    Tahdziibul Asmaa’ wal Lughaat, An-Nawawi
4.    Buku “ Tokoh-tokoh wanita di sekitar Rasulullah SAW”, Muhammad Ibrahim Salim

Nukilan hadist:
1.    Dari Abdullah bin Az-Zubair ra diriwayatkan: “ketika hari penaklukan Mekkah, Hindun Binti Utbah masuk Islam, dan masuk islam juga Ummu Hakim binti al-Haritz bin Hisyam istri Ikramah didikuti sepuluh wanita Quraisy”
2.    Aisyah berkata:”Hindun binti Utbah datang lalu ia berkata;’wahai Rasullullah, dahulu tidak ada di permukaan bumi ini penghuni kemah yang aku lebih suka mereka terhina melebihi penghuni kemahmu. Sekarang tidak ada di seluruh bumi ini penghuni kemah yang aku lebih suka mereka melebihi penghuni kemahmu’ nabi SAW menjawab;’Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, semoga begitu pula dirimu…’ (HR Bukhori dan Muslim)
3.    Imam Ath-Thabari berkata : “Hindun menemui Rasulullah SAW sambil mengenakan cadar dan menyamar, sebab perbuatannya terhadap Hamzah, dank arena ia takut Rasulullah SAW menghukumnya atas perbuatan itu. Mualailah Rasulullah SAW berkata kepada para wanita, dan Hindu nada diantara mereka: ‘Kalian bai’at aku dengan syarat kalian tidak menyekutukan sesuatu apapun dengan Allah dan tidak mencuri.
4.    Pada hari penaklukan mekkah, hindun binti utbah masuk islam bersama orang-orang perempuan.mereka datang kepada RasulullahSAW yang sedang berada di Al-Abthah, kemudian membaiatnya. Hindun berbicara, maka dia berkata :”wahai Rasulullah, segala puji bagi Allah yang telah memenangkan agama yang dipilih-Nya. semoga hubungan kekeluargaanmu bermanfaat bagiku. Wahai Muhammad, sungguh aku seorang wanita yang beriman kepada Allah dan membenarkan Rasul-Nya” kemudian ia membuka cadarnya dan berkata :”aku adalah Hindun Binti Utbah” Rasulullah bersabda:”selamat datang untukmu”. Hindun berkata:”Demi Allah, tidak ada diatas bumi ini penghuni kemah yang aku lebih suka mereka terhina dari pada penghuni kemahmu. Sekarang, tidak ada diatas bumi ini penghuni kemah yang aku lebih suka mereka mulia daripada penghuni kemahmu”. Lebih lanjut Rasulullah SAW berbicara dan membacakan Al-Quran kepada mereka dan membaiatnya. Diantara mereka Hindun berkata: ”wahai Rasulullah, bolehkah kami bersalaman denganmu?” Rasulullah SAW menjawab “Sesungguhnya aku tidak bersalaman dengan wanita. Perkataanku pada seratus orang wanita seperti perkataanku pada satu orang wanita” (HR. Malik, Tirmidzi, dan Nasai). [gkw]


Rabu, 06 Maret 2013

Nama lengkapnya adalah Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab bin Sa’yah bin Amir bin Ubaid bin Kaab bin al-Khazraj bin Habib bin Nadhir bin al-Kham bin Yakhurn dari keturunan Harun bin Imran. Ibunya bernama Barrah binti Samaual darin Bani Quraizhah. Shafiyyah dilahirkan sebelas tahun sebelum hijrah, atau dua tahun setelah masa kenabian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam.. Ayahnya adalah seorang pemimpin Bani Nadhir.

Sejak kecil dia menyukai ilmu pengetahuan dan rajin mempelajari sejarah dan kepercayaan bangsanya. Dari kitab suci Taurat dia membaca bahwa akan datang seorang nabi dari jazirah Arab yang akan menjadi penutup semua nabi. Pikirannya tercurah pada masalah kenabian tersebut, terutama setelah Muhammad muncul di Mekah Dia sangat heran ketika kaumnya tidak mempercayai berita besar tersebut, padahal sudah jelas tertulis di dalarn kitab mereka. Demikian juga ayahnya, Huyay bin Akhtab, yang sangat gigih menyulut permusuhan terhadap kaum muslimin.

Sifat dusta, tipu muslihat, dan pengecut ayahnya sudah tampak di mata Shafiyyah dalam banyak peristiwa. Di antara yang menjadi perhatian Shafiyyah adalah sikap Huyay terhadap kaumnya sendiri, Yahudi Bani Quraizhah. Ketika itu, Huyay berjanji untuk mendukung dan memberikan pertolongan kepada mereka jika mereka melepaskan perjanjian tidak rnengkhianati kaurn muslimin (Perjanjian Hudaibiyah). Akan tetapi, ketika kaum Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut, Huyay melepaskan tanggung jawab dan tidak menghiraukan mereka lagi. Hal lain adalah sikapnya terhadap orang-orang Quraisy Mekah. Huyay pergi ke Mekah untuk rnenghasut kaum Quraisy agar memerangi kaum muslimin, dan mereka menyuruhnya mengakui bahwa agama mereka (Quraisy) lebih mulia daripada agama Muhammad, dan tuhan mereka lebih baik daripada tuhan Muhammad.

Masa Pernikahannya
Sayyidah Shauiyyah bin Huyay r.a. telah dua kali menikah sebelurn dengan Rasulullah. Suami pertamanya bernama Salam bin Musykam, salah seorang pemimpin Bani Quraizhah, namun rumah tangga mereka tidak berlangsung lama. Suami keduanya bernama Kinanah bin Rabi’ bin Abil Hafiq, yang juga salah seorang pemimpin Bani Quraizhah yang diusir Rasulullah dan kemudian menetap di Khaibar.

Penaklukan Khaibar dan Penawanannya
Perang Khandaq telah membuka tabir pengkhianatan kaum Yahudi terhadap perjanjian yang telah mereka sepakati dengan kaum muslimin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. segera menyadari ancaman yang akan menimpa kaum muslimin dengan berpindahnya kaum Yahudi ke Khaibar kernudian membentuk pertahanan yang kuat untuk persiapan menyerang kaum muslimin.

Setelah perjanjian Hudaibiyah disepakati untuk menghentikan permusuhan selama sepuluh tahun, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. merencanakan penyerangan terhadap kaum Yahudi, tepatnya pada bulan Muharam tahun ketujuh hijriah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam. memimpin tentara Islam untuk menaklukkan Khaibar, benteng terkuat dan terakhir kaum Yahudi. Perang berlangsung dahsyat hingga beberapa hari lamanya, dan akhirnya kemenangan ada di tangan umat Islam. Benteng-benteng mereka berhasil dihancurkan, harta benda mereka menjadi harta rampasan perang, dan kaum wanitanya pun menjadi tawanan perang. Di antara tawanan perang itu terdapat Shafiyyah, putri pemimpin Yahudi yang ditinggal mati suaminya.

Bilal membawa Shafiyyah dan putri pamannya menghadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam.. Di sepanjang jalan yang dilaluinya terlihat mayat-mayat tentara kaumnya yang dibunuh. Hati Shafiyyah sangat sedih melihat keadaan itu, apalagi jika mengingat bahwa dirinya menjadi tawanan kaum muslimin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. memahami kesedihan yang dialaminva, kemudian beliau bersabda kepada Bilal, “Sudah hilangkah rasa kasih sayang dihatimu, wahai Bilal, sehingga engkau tega membawa dua orang wanita ini melewati mayat-mayat suami mereka?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. rnemilih Shafiyyah sebagai istri setelah terlebih dahulu menawarkan Islam kepadanya dan kemudian diterirnanya.

Seperti telah dikaji di atas, Shafiyyah telah banyak memikirkan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam sejak dia belum mengetahui kerasulan beliau. Keyakinannya bertambah besar setelah dia mengetahui bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Anas r a. berkata, “Rasulullah ketika hendak menikahi Shafiyyah binti Huyay bertanya kepadanya, ‘Adakah sesuatu yang engkau ketahui tentang diriku?’ Dia menjawab, ‘Ya Rasulullah, aku sudah rnengharapkanrnu sejak aku masih musyrik, dan memikirkan seandainya Allah mengabulkan keinginanku itu ketika aku sudah merneluk Islam.” Ungkapan Shafiyyah tersebut menunjukkan rasa percayanya kepada Rasulullah dan rindunya terhadap Islam.

Bukti-bukti yang jelas tentang keimanan Shafiyyah dapat terlihat ketika dia memimpikan sesuatu dalarn tidurnya kemudian dia ceritakan mimpi itu kepada suaminya. Mengetahui takwil dan mimpi itu, suaminya marah dan menampar wajah Shafiyyah sehingga berbekas di wajahnya. Rasulullah melihat bekas di wajah Shafiyyah dan bertanya, “Apa ini?” Dia menjawab, “Ya Rasul, suatu malam aku bermimpi melihat bulan muncul di Yastrib, kemudian jatuh di kamarku. Lalu aku ceritakan mimpi itu kepada suamiku, Kinanah. Dia berkata, ‘Apakah engkau suka menjadi pengikut raja yang datang dari Madinah?’ Kemudian dia menampar wajahku.”

Menjadi Ummul-Mukminin
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. menikahi Shafiyyah dan kebebasannya menjadi mahar perkawinan dengannya. Pernikahan beliau dengan Shafiyyah didasari beberapa landasan. Shafiyyah telah mernilih Islam serta menikah dengan Rasulullah ketika beliau memberinya pilihan antara memeluk Islam dan menikah dengan beliau atau tetap dengan agamanya dan dibebaskan sepenuhnya. Ternyata Shafiyyah memilih untuk tetap bersama Nabi, Selain itu, Shafiyyah adalah putri pemimpin Yahudi yang sangat membahayakan kaum muslimin, di samping itu, juga karena kecintaannya kepada Islam dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam. menghormati Shafiyyah sebagaimana hormatnya beliau terhadap istri-istri yang lain. Akan tetapi, istri-istri beliau menyambut kedatangan Shafiyyah dengan wajah sinis karena dia adalah orang Yahudi, di samping juga karena kecantikannya yang menawan. Akibat sikap mereka, Rasulullah pernah tidak tidur dengan Zainab binti Jahsy karena kata-kata yang dia lontarkan tentang Shafiyyah. Aisyah bertutur tentang peristiwa tersebut, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. tengah dalam perjalanan. Tiba-tiba unta Shafiyyah sakit, sementara unta Zainab berlebih. Rasulullah berkata kepada Zainab, ‘Unta tunggangan Shafiyyah sakit, maukah engkau memberikan salah satu dan untamu?’ Zainab menjawab, ‘Akankah aku memberi kepada seorang perempuan Yahudi?’ Akhirnya, beliau meninggalkan Zainab pada bulan Dzulhijjah dan Muharam. Artinya, beliau tidak mendatangi Zainab selama tiga bulan. Zainab berkata, ‘Sehingga aku putus asa dan aku mengalihkan tempat tidurku.” Aisyah mengatakan lagi, “Suatu siang aku melihat bayangan Rasulullah datang. Ketika itu Shafiyyah mendengar obrolan Hafshah dan Aisyah tentang dirinya dan mcngungkit-ungkit asal-usul dirinya. Betapa sedih perasannya. Lalu dia mengadu kepada Rasulullah sambil menangis. Rasulullah menghiburnya, ‘Mengapa tidak engkau katakan, bagaimana kalian berdua lebih baik dariku, suamiku Muhammad, ayahku Harun, dan pamanku Musa.” Di dalam hadits riwayat Tirmidzi juga disebutkan, “Ketika Shafiyyah mendengar Hafshah berkata, ‘Perempuan Yahudi!’ dia menangis, kemudian Rasulullah menghampirinya dan berkata, ‘Mengapa cngkau menangis?’ Dia menjawab, ‘Hafshah binti Umar mengejekku bahwa aku wanita Yahudiah.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. bersabda, ‘Engkau adalah anak nabi, pamanmu adalah nabi, dan kini engkau berada di bawah perlindungan nabi. Apa lagi yang dia banggakan kepadamu?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. kemudian berkata kepada Hafshah, ‘Bertakwalah engkau kepada Allah, Hafshah!”

Salah satu bukti cinta Hafshah kepada Nabi terdapat pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Saad dalarn Thabaqta-nya tentang istri-istri Nabi yang berkumpul menjelang beliau wafat. Shafiyyah berkata, “Demi Allah, ya Nabi, aku ingin apa yang engkau derita juga menjadi deritaku.” Istri-istri Rasulullah memberikan isyarat satu sama lain. Melihat hal yang demikian, beliau berkata, “Berkumurlah!” Dengan terkejut mereka bertanya, “Dari apa?” Beliau menjawab, “Dari isyarat mata kalian terhadapnya. Demi Allah, dia adalah benar.”

Setelah Rasulullah wafat, Shafiyyah merasa sangat terasing di tengah kaum muslimin karena mereka selalu menganggapnya berasal dan Yahudi, tetapi dia tetap komitmen terhadap Islam dan mendukung perjuangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam. Ketika terjadi fitnah besar atas kematian Utsrnan bin Affan, dia berada di barisan Utsman. Selain itu, dia pun banyak meriwayatkan hadits Nabi. Dia wafat pada masa kekhalifahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Marwan bin Hakam menshalatinya, kemudian menguburkannya di Baqi’. Semoga Allah memberinya tempat yang lapang dan mulia di sisiNya. Amin.

Sumber: buku Dzaujatur-Rasulullah

Kamis, 28 Februari 2013

Asma Binti Umais Muslimah Pilihan

Posted by Kak Galuh On 13.00 | No comments
SIAPAKAH ASMA' BINTI UMAIS
Ibn Katsir menulis di dalam kitabnya Bidayah wan Nahiyah beliau ialah  Asma binti Umais bin Maadd bin Tamin al Khatsamiyyah adalah isteri Khalifah Abu Bakar ra yang sebelumnya diperisterikan oleh Jafar bin Abi Talib.

Dari perkahwinan dengan Jafar bin Abi Talib beliau  melahirkan tiga putra yakni Abdullah, Muhammad dan Aunan.[ kitab Nisaa’ Haular Rasuul, karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi ]

Perkahwinan dengan Abu Bakar ra beliau melahirkan Muhammad bin Abu Bakar ra. Apabila Asma berkahwin dengan Ali ra, maka Muhammad bin Abu Bakar menjadi anak tiri atau anak angkat kepada Ali ra.

Setelah Abu Bakar ra meninggal dunia beliau berkahwin pula dengan Ali bin Abi Talib , adek suaminya yang pertama.[Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a.Oleh H.M.H. Al Hamid Al Husaini] Beliau adalah isteri ke enam bagi Ali ra.

Perkhwinan dengan Ali melahirkan Yahya dan Muhammad al Ashgar.Ibn Katsir mengambil riwayat ini dari Ibnul Kalbi. Bagaimanapun Ibn Katsir mengatakan al Waqidi mengatakan “ Beliau memperoleh dua orang putra darinya, Yahya dan Aun, adapun Muhammad al Ashghar berasal dari ummul walad[Ummul walad adalah hamba wanita]. Dalam hal ini kita dapati ada perselisihan pendapat penulis sejarah.

FITNAH PERIHAL RENGGANGNYA KELUARGA ABU BAKAR RA. DENGAN KELUARGA ALI RA.
Suatu yang istimewa dengan Asma binti Umais, beliau adalah sahabat terdekat Sitti Fatimah r.a. Asma inilah yang mendampingi Fatimah r.a. dengan setia dan melayaninya dengan penuh kasih-sayang  semasa sakit  hingga detik-detik terakhir hayatnya.[Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a.Oleh H.M.H. Al Hamid Al Husaini]

Kalau demikian rapat hubungan Asma ra  dengan Fatimah ra bermakna rapat jugalah hubungan dengan Abu Bakar ra , kerana masa itu Asma adalah isteri Khalifah Abu Bakar. Perlu diingat Fatimah ra meninggal dunia enam bulan selepas Rasullah saw meninggal dunia. Jadi bagaimana boleh timbul fitnah kerengangan hubungan Fatimah ra dan Ali ra dengan Abu Bakar ra.? Dikatakan berita kewafatan Fatimah ra. telah dirahsiakan dari pengetahuan Abu Bakar ra.

Rumah Fatimah r.a @ Ali r.a  hanya ditepi masjid Nabawi, dan ABu Bakar adalh Imamnya – mungkinkah kematian Fatimah r.a menjadi rahsia? Asma bt Umais r.a yang menguruskan jenazah Fatimah r.a adalah sahabat baik Fatimah r.a adalah isteri Abu Bakar r.a!

HIJRAH ASMA’ KE MADINAH
PERJALANAN dari Habsyah ke Madinah terasa begitu lama. Rindu pada insan mulia, anak saudara suaminya sendiri, membuak-buak di hatinya. Meskipun hidup di Habsyah aman dan tenang di bawah pemerintahan Najasyi yang adil serta terhindar daripada gangguan kafir Quraisy, hatinya tetap rindu bagi bersama insan mulia dalam menegakkan agama Islam.

"Jauh lagikah? Saya tidak sabar tiba di Madinah. Inilah yang saya harapkan sekian lama;' kata Asma' binti Umais pada suaminya, Jaafar bin Abi Talib yang mengetuai penghijrahan kaum Muslimin ke Habsyah.
"Insya-Allah tidak lama lagi;' jawab Jafar lirih.

Jaafar memandang ketiga-tiga anaknya yang dilahirkan di Habsyah iaitu Muhammad, Abdullah dan Aun. Mereka masih kecil dan belum mengerti apakah yang sedang bergolak di hati ibu dan ayah mereka. Mereka belum tahu erti perjuangan menegakkan agama Islam.

Namun, di bawah didikan Rasulullah nanti, Jaafar mahu melihat mereka membesar menjadi pejuang-pejuang agama yang memiliki iman yang kental. Jaafar kemudian menoleh pada isterinya. "Tidak sedihkah meninggalkan anak susuanmu Abdullah?" Jaafar cuba menduga hati Asma'. Asma' termenung mendengar pertanyaan suaminya itu. Tujuh tahun lamanya dia tinggal di Habsyah sesudah berhijrah ke sana bersama segelintir kaum Muslimin yang lain demi menyelamatkan diri daripada gangguan kafir Quraisy.

Selama tujuh tahun, mereka begitu akrab dengan Najasyi yang begitu baik kepada mereka. Selepas Najasyi masuk Islam di tangan Jaafar, Asma' mendapat tempat yang istimewa dalam keluarga raja itu. Ini terbukti apabila Najasyi menamakan puteranya nama yang serupa dengan anaknya, Najasyi meminta Asma' menyusukan puteranya bersama-sama anaknya.
"Abdullah anak susuan saya dan bumi Habsyah tetap saya ingati. Namun, rindu saya pada Rasulullah dan negara Islam Madinah, tidak ada tolak bandingnya;' jawab Asma'.
Jaafar terangguk-angguk mendengar kata-kata isterinya. "Saya mendapat khabar Rasulullah sedang menunggu kepulangan kita. Beliau juga begitu merindui kita semua kata Jaafar.
Selepas menempuh perjalanan yang lama, akhimya rombongan mereka tiba di Madinah. Ketika itu, kaum Muslimin sedang meraikan kemenangan mereka mengalahkan kafir Quraisy dalam perang Khaibar.
"Allahu akbar! Allahu akbar! Allahu akbar!" Rasulullah dan kaum Muslimin bertakbir memuji kebesaran Allah atas kemenangan mereka itu.

MUSLIMAH PILIHAN
Ketika itulah Jaafar dan rombongannya tiba di hadapan Rasulullah.
Sebaik sahaja beliau melihat Jaafar, beliau begitu gembira. Beliau segera memeluk Jaafar dan mencium dahinya.
"Demi Allah, aku tidak tahu mana yang lebih menggembirakan diriku, kedatangan Jaafar atau kemenangan Khaibar kata Rasulullah kepada seluruh hadirin.
Asma' dan Jaafar tinggal di Madinah dengan penuh bahagia di samping menimba ilmu yang berharga daripada Rasulullah.
"Isteriku, saya telah mendapat perintah daripada Rasulullah supaya berangkat ke Syam memerangi tentera Byzantine;' ujar Jaafar kepada Asma' pada suatu hari.
"Siapakah yang memimpin tentera Muslimin?" soal Asma'.
"Zaid bin Harisah. Akan tetapi, sekiranya dia syahid, sayalah yang menggantikan tempatnya jawab Jaafar, "Pergilah suamiku. Semoga Allah memberi kemenangan ke atas kaum Muslimin” kata Asma' kepada suaminya.

Seluruh umat Islam temanti-nanti kepulangan kaum Muslimin. Belum ada khabar berita sama ada kaum Muslim memperoleh kemenangan atau sebaliknya.
Hati Asma' bergetar apabila Rasulullah datang ke rumahnya. Rasulullah mendekati ketiga-tiga anak Asma', lalu mencium mereka dengan , mata berlinangan.
"Wahai Rasulullah, apakah yang membuatkan anda menangis? Adakah anda telah mendapat khabar tentang Jaafar dan sahabat-sahabatnya?" soal Asma'.
"Benar, dia telah gugur syahid hari ini” jawab Rasulullah ringkas.
Mendengar jawapan Rasulullah itu, Asma' tidak dapat menahan rasa sedihnya. Dia menangis teresak-esak di samping anak-anaknya. Namun, dia tetap sabar demi mengharapkan reda Allah .

ASMA’ MENJADI ISTERI ABU BAKAR AS-SIDDIQ
Tidak lama sesudah itu, Asma' berkahwin dengan Abu Bakar as-Siddiq selepas isteri beliau, Ummu Rumaan meninggaI. Asma' terus setia di samping Abu Bakar, sehingga beliau dilantik menjadi khalifah selepas Rasulullah wafat. Asma' juga bersabar ketika menghadapi saat-saat Abu Bakar sakit kuat. "Asma', apabila aku meninggal dunia, mandikanlah jasadku. Dan bukalah puasamu agar dirimu lebih kuat:” pesan Abu Bakar apabila dia merasakan maut semakin menghampirinya. "Baiklah:” jawab Asma' sambil matanya tidak lepas memandang suaminya yang berada di ambang sakaratul maut. Tidak lama kemudian, lnnalillahi wainna ilaihirojiun. Asma' berasa sedih dengan kematian Abu Bakar. Namun begitu, dia segera menunaikan wasiat Abu Bakar agar memandikan jenazahnya.

Asma' kembali bersendirian membesarkan anak-anaknya. Dia mendidik mereka dengan memohon kepada Allah agar memperbaiki anak-anaknya sehingga mereka akhirnya menjadi imam bagi orang-orang bertakwa.

ASMA’ MENJADI ISTERI ALI BIN ABI TALIB
Sedih yang dialami oleh Asma' segera diubati oleh Ali bin Abi Talib. Beliau datang meminang Asma' selepas Fatimah az-Zahra meninggal. Ketika Ali bin Abi Talib dilantik sebagai khalifah yang keempat, Asma' turut memikul tanggungjawab sebagai isteri khalifah bagi kaum muslimin dalam menghadapi peristiwa-peristiwa besar. Demikianlah Asma' binti Umais, wanita yang menjadi pendamping kepada tiga pemimpin besar kaum Muslimin iaitu Jaafar bin Abi Talib, Abu Bakar bin Siddiq dan Ali bin Abi Talib. Semoga Allah merahmatinya.

Asma' amat mencintai ketiga-tiga suaminya. Katanya, "Aku tidak melihat seorang pemuda daripada bangsa Arab yang lebih baik daripada Jaafar, dan aku tidak melihat seorang setengah baya yang lebih baik daripada Abu Bakar, dan Ali tidak kurang kebaikannya dibandingkan kedua-duanya".

Senin, 25 Februari 2013

“Sebaik-baik wanita ialah Maryam binti Imran. Sebaik-baik wanita ialah Khadijah binti Khuwailid,” (HR Muslim dari Ali bin Abu Thalib radiyallahu ‘anhu).
 
“Dan sebaik -baik wanita dalam masanya adalah Khadijah.”
“Dia beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tidak mau memberi bantuan, dan Allah Subhanahu wa ta’ala memberiku anak darinya ketika Dia tidak memberiku anak dari wanita lain.”

Bahkan jauh setelah meninggalnya Khadijjah, ada yang selalu membuat Asiyah cemburu. Rasullullah Muhammad SAW tak pernah lupa siapa dan bagaimana istri pertamanya. Apa yang kurang dari Aisyah? Muda, cantik, pintar.

Tapi semuanya ini tentang Khadijah binti Khuwailid istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pertama. Ia lahir pada tahun 68 sebelum Hijrah. Hidup dan tumbuh serta berkembang dalam suasana keluarga yang terhormat dan terpandang, berakhlak mulia, terpuji, berkemauan tinggi, serta mempunyai akal yang suci, sehingga pada zaman jahiliyah diberi gelar “Ath-Thahirah”.

Khadijah adalah wanita kaya yang hidup dari usaha perniagaan. Dan untuk menjalankan perniagaannya itu ia memiliki beberapa tenaga laki-laki, diantaranya adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam—sebelum beliau menjadi suaminya.

Sebenarnya Khadijah adalah wanita janda yang telah menikah dua kali. Pertama ia menikah dengan Zurarah At-Tamimi dan yang kedua menikah dengan Atid bin Abid Al-Makhzumi. Dan masing-masing wafat dengan meninggalkan seorang putera.

Pada masa jandanya, banyak tokoh Quraisy yang ingin mempersuntingnya. Namun ia selalu menolaknya. Dibalik semua itu, Allah memang telah mempersiapkan Khadijah binti khuwailid untuk menjadi pendamping Rasul-Nya yang terakhir, yakni Muhammad bin Abdullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Untuk pembela dan penolong risalah yang beliau sampaikan.

Pada usianya yang ke empat puluh, beliau menikah dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, pada waktu itu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam belum diangkat menjadi rasul dan baru berusia 25 tahun.

Perbedaan usia tidaklah menimbulkan permasalahan bagi rumah tangga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada waktu membentuk rumah tangga dengannya tidak mempunyai isteri yang lainnya.

Pernikahannya dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikaruniai beberapa putera oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu Qosim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum dan Fathimah. Namun putera beliau yang laki-laki meninggal dunia sebelum dewasa.

Suatu hari Khadijah mendapatkan suaminya pulang dalam keadaan gemetaran. Terpancar dari raut wajahnya kekhawatiran dan ketakutan yang sangat besar. “Selimuti aku!…., Selimuti aku!…, “ seru Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada isterinya. Demi melihat kondisi yang seperti itu, tidaklah membuat Khodijah menjadi panik. Kemudian diselimuti dan dicoba untuk menenangkan perasaan suaminya. Rasul pun segera menceritakan pada istrinya, kini tanpa disadarinya, tahulah ia bahwa suaminya adalah utusan Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan tenang dan lemah lembut, Khadijah berkata : ”Wahai putera pamanku, Demi Allah, dia tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sesungguhnya engkau termasuk orang yang selalu menyambung tali persaudaraan, berkata benar, setia memikul beban, menghormati dan suka menolong orang lain”. Tutur kata manis dari sang istri menjadikan beliau lebih percaya diri dan tenang.

Diawal permulaan Islam, peranan Khadijah tidaklah sedikit. Dengan setia ia menemani suaminya dalam menyampaikan Risalah yang diemban oleh beliau dari Rabb Subhanahu wa Ta’ala. Wanita pertama yang beriman kepada Allah ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajaknya menuju jalan Rabb-Nya. Dia yang membantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mengibarkan bendera Islam. bersama Rasulullah sebagai angkatan pertama. Dengan penuh semangat, Khadijah turut berjihad dan berjuang, mengorbankan harta, jiwa, dan berani menentang kejahilan kaumnya.

Khadijah seorang yang senantiasa menentramkan dan menghibur Rasul disaat kaumnya mendustakan risalah yang dibawa. Seorang pendorong utama bagi Rasul untuk selalu giat berda’wah, bersemangat dan tidak pantang menyerah. Ia juga selalu berusaha meringankan beban berat di pundak Rasul. Perhatikan pujian Rasul terhadap Khadijah: “Dia (Khadijah) beriman kepadaku disaat orang-orang mengingkari. Ia membenarkanku disaat orang mendustakan. Dan ia membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tiada mau,” (HR. Ahmad, Al-Isti’ab karya Ibnu Abdil Ba’ar)

Kebijakan, kesetiaan dan berbagai kebaikan Khadijah tidak pernah lepas dari ingatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan sampai Khadijah meninggal. Ia benar-benar seorang istri yang mendapat tempat tersendiri di dalam hati Rasulullah shallallalhu ‘alaihi wa sallam. Betapa kasih beliau kepada Khadijah, dapat kita simak dari ucapan ‘Aisyah . “Belum pernah aku cemburu terhadap istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana cemburuku pada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyebut-nyebut namanya, bahkan adakalanya menyembelih kambing dan dibagikannya kepada kawan-kawan Khadijah. Bahkan pernah saya tegur, seakan-akan di dunia tidak ada wanita selain Khadijah, lalu Nabi menyebut beberapa kebaikan Khadijah, dia dahulu begini dan begitu, selain itu, aku mendapat anak darinya.”

Khadijah binti Khuwailid, wafat tiga tahun sebelum hijrah dalam usia 65 tahun. Kepergiaannya membuat kesedihan yang sangat mendalam di hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun umat Islam. Ia pergi menghadap Rabb-Nya dengan meninggalkan banyak kebaikan yang tak terlupakan.

Itulah Khadijah binti Khuwailid, yang Allah pernah menyampaikan penghormatan (salam) kepadanya dan Allah janjikan untuknya sebuah rumah di Syurga. Sebagaimana telah disebut dalam hadist dari Abu Hurairah: “Jibril datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, ini Khadijah datang kepada engkau dengan membawa bejana berisi lauk pauk atau makanan atau minuman. Apabila ia datang kepadamu, sampaikanlah salam kepadanya dari Tuhannya Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dan juga dariku dan kabarkanlah berita gembira kepadanya mengenai sebuah rumah di surga yang terbuat dari mutiara di dalamnya tidak ada keributan dan kesusahan,” (HR Muslim dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu).
Itulah Bunda Khadijjah. Perempuan yang selalu membuat Aisyah cemburu. [tarbiyahkehidupan]

KOMENTAR SAHABAT

INSIST

Hidayatullah ONLINE