Sabtu, 28 Juni 2014

Mengapa Rumah Cahaya

Posted by Kak Galuh On 11.40 | No comments
Tepatnya 1 Ramdhan 1433 H Rumah Cahaya FLP Depok berdiri. Berati Ramadhan kali ini adalah tahun yang kedua. Dua tahun lalu, saat memutuskan untuk memberi ruang penuh pada Rumah Cahaya di Perumahan Griya Lembah, yang terlintas pertama adalah, bahwa rumah ini akan menjadi pusat aktivitas anak-anak sekitarnya untuk bertumbuh kembang dengan layak dan seharusnya. Namun seiring dengan perjalanannya, hal itu masih dalam proses yang tidak mudah untuk terwujud.

Merekadaya lingkungan anak dengan menjadikannya sebagai wahana kegiatan membaca adalah sesuatu hal yang menyenangkan, namun hal itu di zaman sekarang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Di tambah munculnya era trend "gadget" dan teknologi tinggi yang mampu mengakses dengan hitungan detik segala informasi dunia dalam genggaman. Well, itu semua sudah cukup untuk meruntuhkan minat baca buku di kalangan anak-anak dan remaja hari ini. Bagi mereka, memiliki gadget paling mutakhir dan mampu eksis di sosmed adalah lebih keren tinimbang harus berkutat dengan buku-buku. Lalu apakah ini akan mematikan langkah kami untuk bergerak? Tentu saja tidak!

Meski terlihat berjalan seperti keong, tapi harapan dan visi-misi kami terhadap anak-anak sekitar Rumah Cahaya belum berhenti. Kami terus mencari ide-ide agar membaca buku dan mencintai dunia literasi itu dapat menjadi tren yang keren. Satu langkah yang berhasil bertahan hingga hari ini adalah dongeng bulanan. Meski kadang terseok-seok hanya dapat kami lakukan sebulan sekali saja, tapi ternyata kegiatan ini selalu dinanti. Maka muncullah secercah harapan, bahwa kami hanya perlu memberikan fasilitas dan ruang bermain alternatif yang konsisten untuk dapat merebut hati mereka. Tentu saja dongeng bulanan bukanlah satu-satunya cara untuk dapat merangkul mereka mendekat. Karena target kegiatan ini terkadang hanya sampai pada level anak-anak balita dan SD kelas rendah (1-3). Di atas level tersebut, dengan sendirinya mulai berguguran satu demi satu karena merasa sudah tidak ada gregetnya lagi. Ini tentu saja menjadi PR besar bagi kami. Kami harus memikirkan rumusan kegiatan lain yang dapat memberi perhatian bagi anak-anak remaja tanggung ini agar dapat terfasilitasi proses tumbuh kembangnya. Mungkin suatu saat bisa berupa kelompok teater anak, komunitas baca-tulis anak yang permanen, kelompok hafiz Qur'an, kelompok futsal, atau wahana lainnya.

Waktu kami yang terbatas dalam mengelola Rumah Cahaya juga menjadi PR yang terus menunggu untuk diselesaikan. Bukan tidak ingin mencurahkan 100% waktu pada Rumah Cahaya. Namun, karena kami harus 'menghidupi' keluarga dan juga 'Rumah Cahaya' itu sendiri. Maka kami juga bekerja untuk memenuhi lumbung-lumbung tersebut. Alhasil, Rumah Cahaya belum dapat tersedia waktu pada tiap harinya. Padahal semakin intens kami hadir di antara anak-anak, maka akan semakin besar kesempatan kami untuk dapat merangkul mereka. Baiklah, ini PR besar. PR besar yang akan kami serahkan pada Sang Maha Perencana agar kami dapat dimampukanNya untuk menyelesaikan PR itu.

Jadi, harapan untuk menjadikan Rumah Cahaya sebagai markas tumbuh kembang anak-anak untuk menjadi generasi yang dapat membangkitkan bangsa ini lebih baik, masih menjadi agenda utama kami. Melalui dunia literasi tentunya (baca: gemar membaca dan menulis). Dan karena pengunjung Rumah Cahaya berasal dari beraneka ragam latar belakang (anak-anak komplek perumahan, anak-anak kampung sekitar komplek, dan anak-anak dari berbagai lokasi yang lumayan jauh dari Rumah Cahaya) maka kami harus sering-sering menyisipkan agenda cinta literasi ini dalam berbagai bentuk yang fleksibel, seperti kegiatan mendongeng, bermain dan belajar yang menyenangkan.

Inilah yang akan selalu menjadi alasan kami untuk terus bertahan pada Rumah Cahaya. Wallahualam. [gkw]

KOMENTAR SAHABAT

INSIST

Hidayatullah ONLINE