Minggu, 06 September 2009

Buaian Mimpi

Posted by Kak Galuh On 14.41 | No comments
Ketika pada suatu ujung hari yang hening, jauh dari kehidupan duniawi yang memabukkan, sebuah desiran suara membisikkan "sebentar lagi kau akan mati". Mengayun lembut pada mimipi yang entah sudah berapa kali terjadi. Sejenak suara itu menghilang dan membuat jiwa yang terbuai mimpi segera bangun dan tersadar. Jiwa ini memiliki raga yang masih berusia muda. Mungkinkah jiwa itu akan segera pergi secepat itu dari raga yang terlihat masih sehat ini??? Istighfar pun meluncur dari lidah kelu yang entah apakah selama ini telah cukup banyak terpakai untuk menyebut Asma Allah, Sang Pemberi Kehidupan pada si empunya mimpi???

Setelah sholat lail, berdzikir dan bersimpuh kepadaNYA hingga subuh tak juga membuat si empunya mimpi menjadi lebih baik. Ia tetap merasa belum memiliki apa-apa untuk dibawanya sebagai bekal andai kematian itu memang terbentang di depan matanya bak jurang lebar yang tiba-tiba hadir di depan pintu kamarnya. Sama sekali tak bisa dihindari. Karena tak ada jalan keluar dari kamar itu selain pintu kamar itu sendiri. Adapun jendela yang terpasang lebar di sudut kamar lain telah diteralis besi oleh pemilik rumah tempatnya mengontrak.

Bagaimana jika ia mati sekarang??? Sudah cukupkah sholatnya, puasanya, zakatnya selama ini??? Apakah sholat, puasa, zakat, berbuat baik pada sesama saja sudah cukup sebagai bekalnya menghadap Sang Pencipta. Tiba-tiba si empunya mimpi menangis tersedu-sedu seperti anak kecil yang tidak mendapatkan keinginnnya dari orang tuanya. Ia menangis karena selama dua puluh empat jam setiap hari yang dilaluinya hanya ketika sholat saja ia mengingat Allah. Pada waktu lain, ia hanya disibukkan oleh pekerjaan yang tak kunjung selesai. Ia juga menangis karena hanya berpuasa pada bulan Ramadhan, sedangkan pada bulan-bulan lain ketika ada kesempatan berpuasa sunah, tak pernah ia kerjakan. Ia pun menangisi, harta yang dikeluarkannya untuk zakat hanyalah setahun sekali ketika menjelang idul fitri. Selebihnya, ia pakai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang semakin hari semakin banyak, bertambah karena tuntutan zaman dan sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan Allah yang sudah memberikan rezeki tersebut padaNya.

Ia terus menangis hingga air matanya kering... tapi terlambat sudah... malaikat maut sudah menunggunya di depan pintu kamar... [gkw]

0 komentar:

Posting Komentar

KOMENTAR SAHABAT

INSIST

Hidayatullah ONLINE