Rabu, 06 Mei 2009

Cerita Sahabat

Posted by Kak Galuh On 08.06 | No comments
Beberapa waktu yang lalu, seorang sahabat bercerita kepada saya bahwa dia baru saja bertengkar hebat dengan sang suami. Menurut sahabat saya, ia bertengkar karena mengetahui akhir-akhir ini sang suami kedapatan rajin meng-sms dan menelepon seorang wanita yang menurut sang suami adalah kenalan biasa yang akan di jodohkan dengan bosnya. Tentu sahabat saya tidak menerima alasan itu begitu saja. Ia coba mencari tahu dan ternyata memang wanita yang sering berhubungan dengan suaminya itu mengaku di telepon oleh sang suami untuk diajak berkenalan dan yang paling mengejutkan sang suami mengaku pada wanita tersebut bahwa ia sama sekali belum berkeluarga. Padahal dalam kenyataan, sahabat saya dan sang suami itu sudah empat tahun berumah tangga dan telah dikaruniai dua malaikat kecil yang lucu-lucu.

Sahabat saya berang mengetahui semua itu. Ia pulang dan bertengkar hebat dengan sang suami. Ketika sahabat saya menanyakan tentang kebenaran ucapan wanita itu pada sang suami, bukannya mengaku dan minta maaf, sang suami malah menamparnya, menendangnya, hingga menginjaknya sambil mencekik leher sahabat saya. Sementara ketika peristiwa itu terjadi, sahabat saya sedang memeluk anaknya yang paling kecil yang berumur satu setengah tahun. Sahabat saya hanya bisa bilang “gue gak perduli kalau lo mau bunuh gue saat ini, tapi liat, lo udah ngelukain cinta (nama anak yang berada dalam gendongannya). Apa lo juga mau bunuh dia?” Kontan sang suami tersadar dan segera melepaskan cekikannya dari leher sahabat saya.

Sangat miris mengetahui hal ini terjadi pada sahabat saya, karena saya tahu betul bagaimana perjuangan sahabat saya itu ketika menerima sang suami untuk dinikahinya beberapa tahun yang lalu. Sang suami bukanlah orang yang di sukai oleh keluarga sahabat saya. Ia pernah dicaci maki bahkan diusir oleh ibu sahabat saya saat bertandang apel kerumahnya. Ibu sahabat saya pernah mengatakan pada sahabat saya, bahwa sang suami bukanlah laki-laki yang baik baginya. Namun dengan segala daya upaya, akhirnya mereka menikah juga. Dan setelah menikah sang suami di beri pekerjaan oleh kakak sahabat saya itu.

Kisah sahabat saya ini, membuat saya jadi teringat oleh kisah yang sedang terjadi antara Dewi Sandra dan suaminya Glenn Fredly. Entah apa yang menjadi alasan Glen Fredly untuk mengajukan gugatan cerai pada istrinya Dewi Sandra, yang kurang lebih tiga tahun lalu itu sangat dipuji dan dipujanya dengan segala konflik yang terjadi pada kehidupan Dewi Sandra saat itu. Cinta adalah alasan sahabat saya dan Dewi Sandra untuk menerima lelaki pilihan mereka. Dan memang benar cinta itu buta. Buta pada kenyataan yang ada pada lelaki yang dicintai oleh kedua perempuan itu, sahabat saya dan Dewi Sandra.

Betapa menyakitkannya menyadari bahwa cinta bisa juga membuat goresan luka pada batin insan yang menjalaninya. Pengorbanan, perjuangan sepertinya tak berarti lagi bagi sang suami untuk dapat berlaku sewenang-wenangnya pada istri mereka. Tapi itulah kenyataan yang harus dihadapi jika cinta pada sesuatu yang fana dengan penuh kebutaan tanpa mengetahui ada cinta yang lebih abadi dari sekedar cinta pada kefanaan (dunia dan isinya). Sayup-sayup pada sebuah acara music live yang muncul pada setiap pagi hari kerja terdengar lagu peterpan yang berjudul “tak ada yang abadi” yang sudah berminggu-minggu menjadi urutan paling atas pada hampir seluruh acara music di nusantara ini.

Peterpan saja sadar bahwa apapun di dunia ini tak ada yang abadi kecuali Yang Maha Abadi pencipta segala yang tak abadi itu. Cinta kepada manusia, harta, kedudukan, kekuasaan bahkan cinta pada diri sendiri yang berlebihan (narcisme)pun ada limitnya. Tubuh/raga dapat menua dan terpisah dari jiwa tanpa terduga, harta dapat terkuras, kedudukan dan kekuasaan dapat tergantikan pada yang lebih berkuasa, diri tak selamanya terperangkap dalam kebaikan, selalu ada khilaf, selalu ada salah untuk tahu bahwa diri bukanlah segalanya yang patut dibanggakan secara terus-menerus.

Dua perempuan diatas yang sudah tersakiti secara batin ataupun lahir pada akhir luka hatinya sadar betul, cinta pada manusia tak selalu indah. Ketika cinta terasa bagaikan sayatan samurai yang mampu memotong sehelai rambut saja, lantas mereka menjadi sadar bahwa ada cinta yang lebih kuat dari sekedar cinta kepada manusia, tepatnya pada cinta yang terkhianati. Atas kekuatan cinta yang melebihi cinta pada manusia itulah yang membuat mereka tetap bertahan, ikhlas menerima cobaan dan memaafkan. Pada cinta yang dahsyat itu, perempuan-perempuan yang tersakiti itu berubah semakin cantik jiwanya, kuat dan mulia karena ada doa dalam setiap untaian kata yang khusus dilantunkannya untuk orang-orang yang sudah menyakiti mereka. Doa yang penuh dengan wangi surgawi...bukan doa yang tercium bagaikan air comberan.

Pada akhirnya yang memenangkan hati dua perempuan itu, sahabat saya dan Dewi Sandra bukan cinta pada manusia. Tapi cinta pada Yang Memberikan cinta pada manusia.

Salam sayang selalu…..


[gkw]

0 komentar:

Posting Komentar

KOMENTAR SAHABAT

INSIST

Hidayatullah ONLINE