Selasa, 31 Mei 2011

MENDONGENG YUK!!!

Posted by Kak Galuh On 09.51 | No comments

Saat masih kecil dulu, selain dibiasakan untuk membaca dan menulis saya juga dibiasakan untuk mendengarkan dongeng. Baik sebelum waktu tidur juga diwaktu-waktu senggang ibu saya saat ia tak terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Hal ini sangat efektif untuk menjaga kualitas waktu-waktu bersama, antara saya dan ibu yang adalah seorang wanita karier.

Kebiasaan ini pada akhirnya menular pada saya dan anak-anak. Bagi saya, kegiatan mendongeng adalah sarana bermain, berkreasi sekaligus belajar untuk anak-anak. Saat mereka ‘ngambek’ atau sedang merasa kesal karena suatu hal, maka mendongeng merupakan jembatan yang paling mudah untuk mengembalikan emosi mereka serta untuk menanamkan hal-hal positif yang berkaitan dengan perasaan kesal tadi.

Ahad kemarin, saya mengikuti sebuah pelatihan mendongeng yang diselenggarakan oleh penerbit besar GIP (Gema Insani Press) dalam rangka miladnya yang ke 25 tahun. Pelatihan mendongeng ini merupakan salah satu dari serangkaian kegiatan “ Gema insani Expo“ yang berlangsung tanggal 1 mei- 30 juni 2011. Selain pelatihan mendongeng ada juga diskon buku 30-70% dan beberapa workshop tentang motivasi.

Kembali tentang mendongeng, hari itu sebuah auditorium kecil yang berada di kantor GIP disulap menjadi tempat untuk pelatihan mendongeng. Yang menjadi pembicara atau pengisi materi adalah kak Isti dari humaira kidz. Beliau adalah seorang pendongeng Islami yang sudah cukup malang melintang di dunia mendongeng sejak 1997. Acara pelatihan ini dimulai tepat pukul 9 dan berakhir menjelang waktu dzuhur setempat. Peserta yang hadir terdiri dari berbagai macam latar belakang. Ada ibu rumah tangga beserta anak-anaknya, praktisi dubber/pengisi suara, dan yang paling mendominasi adalah guru-guru TK ataupun TPA.

Berikut akan saya ulas secara singkat dan padat seni dalam mendongeng menurut pengalaman kak Isti:

Manfaat Mendongeng :
- Bagi anak :
  1. menyerap ketauladanan
  2. menyerap informasi
  3. melatih Daya tangkap dan Daya konsentrasi
  4. mengembangkan fantasi dan imajinasi
- Bagi Guru / Orang tua :
  1. mengajarkan tanpa menggurui
  2. transfer ilmu dan hikmah
  3. menciptakan suasana akrab antara murid dan guru / orang tua dan anak
  4. memperkaya wawasan dan estetika terhadap seni
  5. mengurangi stress dan rasa jenuh

Tahapan usia anak menerima dongeng :
  1. 0-4 thn : anak menyukai dongeng yang menyeramkan seperti dongeng tantang anak nakal tersesat di hutan rimba, orang jahat yang akhirnya bertaubat, hantu raksasa yang menyeramkan yang ternyata hanya khayalan, dsb.
  2. 4-8 thn : anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh-tokoh hero dan kisah tentang kecerdikan.
  3. 8- 12 thn : anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional.

Variasi Presentasi Bercerita :
  1. bercerita dengan film atau vcd : pendongeng mendampingi anak dalam menonton film/vcd sambil mendongeng sesuai dengan adegan yang di saksikan oleh anak.
  2. bercerita dengan gambar atau komik  (story reading)
  3. bercerita langsung dengan mimic wajah
  4. bercerita dengan satu boneka di tangan
  5. bercerita dengan hijab dan boneka

MENYUSUN CERITA

Cerita yang tidak boleh di ceritakan ke anak-anak:
  • Tahayul, Bid’ah, Kufarat 
  • Mistik, Horor, Sihir 
  • Kekerasan, Sadisme, Vandalisme 
  • Pornografi 
  • Rasisme, Hinaan, Hujatan
Alur cerita yang disarankan :
  • Do’a dan Adab Harian
  • Anak Sholeh dan Perilakunya
  • Penaklukan Syetan oleh Kesholihan
  • Akhlak Mulia, Ibadah Mahdoh dan ghoiru Mahdoh
  • Kisah Nabi dan Sahabat
  • Pengenalan Syurga dan Keindahannya (cari sumber shohih)
  • Cerita tentang Anak Sholih di alam kubur
  • Petualangan ilmuwan Islam seperti : Ibnu Batutah, Ibnu Sinna, Al Khawarizmi

Merunut Cerita
  1. Mengapa – teknik alisis, contoh ; di suatu sore si fulan sedang menangis. Mengapa si Fulan menangis? Karena ia sedang kesakitan. Mengapa fulan kesakitan? Karena giginya bolong. Mengapa giginya bolong? Karena fulan sering makan permen dan jarang menggosok giginya. Mengapa fulan jarang menggosok giginya? Karena fulan malas. Dst….
  2. Lalu – teknik pronosis, contoh ; sepulang dari sekolah si fulan menghitung lagi uang hasil tabungannya selama seminggu. Lalu ia berencana untuk ke toko buku membeli buku petualangan. Lalu di tengah jalan ia bertemu dengan seorang nenek tua yang renta. Lalu nenek itu meminta uang padanya untuk makan karena sudah seminggu ia belum makan. Lalu fulan merasa iba padanya. Lalu ia berfikir untuk memberikan saja uang tabungannya kepada si nenek, dst…

(durasi cerita cukup 5-10 menit)

SEBELUM BERCERITA LAKUKAN:

  • Latihan mimic : gembira, senang, sedih, marah, malu, takut, kaget,dll
  • Latihan gerakan : tangan mengangkat ke atas, tangan mengucek mata,dll
  • Latihan suara : suara anak kecil, suara orang dewasa, singa, bebek, kuda, ayam, monyet, kambing, kucing, mobil pemadam kebakaran,dll
  • Mengubah lagu : contoh lagu potong bebek angsa yg di ubah liriknya :   Potong bebek angsa, bacalah basmallah, fakir miskin minta, berilah sedekah, potong bebeknya, baca basmallah, bismillahirohmanirrohim, amin.
  • Menguasai teknik menenangkan anak : a) komitmen sebelum bercerita, mis : bikin perjanjian selama bercerita tidak ada yg boleh maju ke depan,dll. b) tepuk-tepukan (di tengah cerita. c) yel-yel. d) nyayian
  • Menguasai teknik membuka cerita : dengan lagu, pernyataan kesiapan, ledakan;teriakan;tangisan;adzan, memperkenalkan tokoh, dll
  • Menutup cerita agar berkesan : deklamasi yang relevan, do’a yang relevan, surat pendek yang relevan, lagu yang relevan, puisi yang relevan, pembagian hadiah bagi yang bisa menjawab


Tips untuk kisah  nabi dan sahabat :
  1. cari sumber yang shohih
  2. bila ingin menggunakan gambar sebagai alat Bantu, tidak boleh menggambar sang nabi, khususnya Rasulullah SAW

Tips dongeng sebelum tidur :
  1. bercerita tentang anak da orang di sekelilingnya yang perlu diambil hikmah atau dihindari keburukannya
  2. berikan alas an logis mengapa ada hal-hal yang dilarang
  3. sugestikan hal-hal positif ketika anak memasuki gelombang alpha (5-10 menit sebelum terlelap tidur)
Key Notes :
  1. mendongenglah dengan hati dan jadikan ini sebagai sarana untuk berdakwah
  2. didiklah anak dengan tulus dan ikhlas
  3. jadikan hari-hari bersama anak-anak adalah hari-hari yang menyenangkan antara kita guru/orang tua sebagai pendidik dan bagi anak-anak sebagai peserta didik kita
  4. jam terbanglah ayang akan membuat kita semakin lihai bercerita
  5. guru atau orang tua yang pandai bercerita akan menjadi orang yang dicintai oleh anak-anak didiknya.

SELAMAT MENDONGENG……

Untuk info lebih lanjut hub langsung kak Isti di :
021 (922 666 03) atau 0813 1111 4344

Catatan saya : dengan adanya pelatihan mendongeng tersebut, saya jadi lebih tahu arah mendongeng yang baik untuk menumbuhkan akhlakul karimah pada anak-anak saya. Karena mendongeng adalah sarana bermain, bersilaturahmi, dan berekreasi yang sangat menyenangkan antara saya dan anak-anak…. Mendongeng yuk!!!

Senin, 23 Mei 2011

Basa Basi Busuk Globalisasi

Posted by Kak Galuh On 01.11 | No comments
Pada perkembangannya, perputaran dunia menghasilkan ide-ide yang mengerucut dalam upayanya menjunjung tinggi kebebasan (hak) individu pada bingkai persamaan. Arus ini berkembang berkesinambungan membentuk opini yang disebut sebagai globalisasi. Isu ini berputar menyentuh aspek-aspek telekomunikasi, transportasi, politik, ekonomi, ilmu dsb. yang menetralisir sekat-sekat yang kini eksis karena adanya negara.

Terlepas dari apapun kepentingannya, tampaknya isu globalisasi ini (pada sudut pandang politis) menyadarkan kita bahwa semangat separatisme yang kini mapan dalam kemasan nasionalisme bukanlah lagi merupakan hal yang penting yang patut dibela. Globalisasi menyeret kita pada apa yang disebut sebagai perkampungan dunia (Global Village). Sebuah perkampungan bayangan yang tentunya (dipaksa!?) mempunyai nilai-nilai yang dijadikan pijakan yang bersifat mewakili (universal), sehingga batas wilayah, kekuasaan, kebudayaan, ekonomi, pertahanan dan keamanan tidak lagi berperan.

Selanjutnya seperti dalam draft WTO bahwa pada 2020 hendaknya konsep status kewarganegaraan harus dihapuskan, sehingga terbentuk satu dunia tanpa batas dan lebih universal. Kondisi ini tentunya menggiring dunia pada satu pemerintahan ( bayangan ) yang berfungsi mengontrol segala aktivitas didalamnya. Sehingga warga dunia lebih bebas dan tidak terikat untuk berhubungan dengan siapapun di dunia tanpa pembatasan, dan mengumpulkan manusia pada satu tali persaudaraan. Namun bukan berarti negara-negara itu ditiadakan. Negara masih tetap eksis sebagai bentuk kesepakatan warga dunia tertentu untuk kesejahteraan dan kepentingannya masing-masing. Perkampungan dunia ini hanya sebagai pengontrol ketertiban antar negara ataupun mencegah ke-otoriter-an negara terhadap warganya.

Perkampungan global ini dibangun diatas nilai-nilai yang masih belum jelas. Perbedaan kepentingan adalah suatu kenyataan diantara para penghuni dunia ini. Kondisi globalized world ini menjadikan dunia justru kembali pada satu titik dimana kekuatan akan dipandang sebagai tuhan. Perang hegemoni antar negara hanya akan kembali dimenangkan oleh mereka yang yang mempunyai kekuatan besar (negara adidaya), sehingga hasilnya hanya negara adidaya yang berhasil mengendalikan pemerintahan universal ini untuk memakai nilai pijakan yang mereka inginkan.

Seperti sekarang kita lihat betapa demokrasi dan HAM seolah-olah dipandang sebagai konsep yang ideal dan mewakili (universal). Bukanlah hal yang aneh memang, kita ketahui bahwa hal itu tidak terlepas dari upaya AS sebagai negara adidaya satu-satunya. Peran the Police of 'perkampungan dunia' untuk mengontrol ini sepertinya mengarah sampai pada bentuk hegemoni dan kolonialisme terselubung. Pembenaran atas nama demokrasi dan HAM (oleh dorongan AS) menjadikan demokrasi didunia itu sendiri menjadi bahan tertawaan.

Betapa tidak, demokrasi yang diajarkan oleh AS hanya menunjukan pada kita bahwa demokrasi itu tidak menghargai perbedaan. Proses demokratisasi untuk setiap negara-negara didunia telah melemahkan arti demokrasi itu sendiri. HAM diperjuangkan diatas jutaan galon-galon darah dari orang-orang yang sebenarnya mempunyai hak dasar juga: hidup!

Perang terhadap pemerintah sah Afghanistan dan perang terhadap pemerintahan Iraq adalah bukti nyata dari kolonialisme berkedok penegakan demokrasi dan HAM. Amerika Serikat dan sekutunya melanggar semua bentuk hukum internasional, dan dunia semuanya terdiam. Inilah panorama dari the global village.

Melihat beberapa realitas tersebut kita kembali bertanya sebenarnya ada apa di balik globalisasi itu sendiri?? Keniscayaan 'perkampungan global' dengan polisinya seakan dibuat sebagai sarana yang oleh negara-negara adidaya dalam upayanya menghegemoni negara-negara lain dengan cara yang halus...??? 'perkampungan dunia' juga seakan dibuat sebagai pengontrol dunia yang didasarkan pada nilai-nilai yang dipaksakan oleh negara-negara adidaya...???

Glokalisasi selamanya tidak akan memberi jawaban

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pakar-pakar yang bersangkutan didalamnya, sehingga konsep baru muncul yang disebut sebagai gerakan Glokalisasi. Sebuah usaha proteksi terhadap ekses negatif dari globalisasi. Dengan menduniakan budaya lokal yang dikemas dalam bentuk (percampuran) ke-universalan (baca: budaya barat). Namun usaha ini ternyata masih belum menghasilkan penyelesaian yang kongkrit. Dapat dikatakan bahwa upaya ini hanya melindungi secara sebagian saja, bukan menghilangkan dengan mutlak pengaruh (baca: hegemoni) dari negara adidaya.

Propaganda barat dengan apa yang mereka sebut sebagai terorisme contohnya, telah menjadi sebuah postulat yang dengan bodohnya didukung negara-negara didunia. Uasha glokalisasi telah stagnan pada masalah kebudayaan saja (walaupun tidak mutlak berhasil) tetapi pada segi politik tetap saja tidak memberi penyelesaian. Seperti yang kita lihat dalam pidato Sukarno pada KAA dibandung, disitu dia berkata bahwa kolonialisme itu tidak sebatas dengan penguasaan wilayah saja, tetapi selanjutnya akan terus bertransformasi menjadi bentuk yang lebih halus; seperti pengendalian ekonomi, intelektual, hegemoni politik dsb. dimasa yang akan datang. Benar juga apa yang telah disebutkan oleh sukarno, kita telah membuktikannya sekarang. Isu globalisasi adalah sebuah usaha yang dijadikan jembatan dalam rangka transformasi bentuk kolonialisme modern. Dan seperti yang kita ketahui bahwa bentuk itu kita kenal dengan kapitalisme !!

Usaha Pembantaian ideologi

Hegemoni negara-negara barat (AS & sekutunya) sebenarnya bukan terbatas masalah ekonomi saja yang menjadi tujuan utamanya, tetapi lebih dari itu. Propaganda dan agitasi politik dalam upaya menetralisir kemungkinan kekuatan besar yang kini sedang tertidur selama 82 tahun (khilafah) sebenarnya yang menjadi alasan utamanya. Demokrasi diklaim sebagai nilai-nilai yang universal oleh 'perkampungan dunia' boneka mereka. Sehingga proses demokratisasi menjadi wajib bagi seluruh kekuatan yang berkuasa (negara-negara).

Upaya ini tidak lebih dari usaha untuk menghancurkan ideologi yang bertentangan dan bahkan yang mungkin bisa menghancurkan “kefasisan demokrasi” yang mereka anut. Kemajemukan bukanlah alasan yang kuat untuk menjadikan kefasisan demokrasi ini terus disembah, karena sebenarnya yang akan terjadi pada dunia ini pasti akan kembali pada kefasisan, bukan lagi terbatas pada ras tertentu, tetapi telah bertransformasi menjadi sebuah bentuk kefasisan ideologi. Seperti yang sekarang terjadi: IMPERIUM FASIS DEMOKRASI !

Telah jelas dalam Al-Qur'an yang haq, bahwa selamanya mereka (orang kafir) akan memusuhi kita sampai kita mau menjadi bagian dari mereka. Berbagai cara, kasar ataupun halus mereka tetap akan memusuhi kita. Generasi penerus kita akan terus dijauhkan dari al-qur'an, dipotong dari jalur-jalur salafus salih. Sunnah dipandang sebagai bentuk hidup yang merupakan budaya arab dan dipandang tidak sesuai lagi dengan kondisi hidup kita disini. Al-Qur'an dan Sunnah tidak lagi relevan ??! Hanya logika dan filsafat yang mengakomodasi kemajemukan yang akan relevan dengan hidup kita disini..???!! Sangat ironis memang, globalisasi ilmu telah menjauhkan kita dari diri kita yang sebenarnya secara fitrah.

Standarisasi ilmu, budaya, bahkan ideologi berpijak dari barat. Barat yang dengan kapitalismenya dan budaya kebinatangannya, kita sembah dengan penuh taqlid.

Penghancuran ideologi kini sedang berlangsung, disini atau dimanapun tempatnya. Isu terorisme adalah bentuk nyata permusuhan yang telah mereka buat secara terang-terangan untuk menghancurkan Ideologi Islam secara kasar. Jelas sudah globalisasi adalah salah satu instrumen dalam usaha untuk mendistorsi pemikiran, budaya, politik, mengekalkan riba, yang secara halus melakukan pembantaian terhadap mabda Islam dari pikiran kaum Muslimin. [revolusiana]

Rabu, 04 Mei 2011

Kesombongan Ruang Ber-AC

Posted by Kak Galuh On 06.28 | No comments
Abu Mushab Al Zarqawi selaku petinggi Al Qaida yang telah wafat beberapa tahun lalu. Sosok yang mengaum, sosok ksatria nan gagah yang memiliki pejuang bersenjata lebih dari 25.000 mujahidin itu acapkali di fitnah oleh media. Entah media local (yang tentunya mengutip media luar), ataupun media internasional seperti BBC atau Reuters yang acapkali menyebut beliau sebagai orang barbar, orang yang memiliki tindak tanduk dan kebringasan tanpa syarat: menyemblih siapapun yang mampu ditemukan, menggasak harta siapapun tanpa membedakan, mengirimkan bahan peleledak dan menyusupkannnya kepada banyak orang yang dikatakan tak berdosa di pasar-pasar tak peduli apakah mereka muslim atau non muslim yang tidak memerangi.

Benarkah informasi yang selama ini media sampaikan ke kita? Mari, saya kutipkan kata-kata Abu Mushab dalam Buku Kalau Bukan Jihad Apa Lagi Hlm. 199:
“Di negeri dua aliran Sungai terdapat banyak sekte. Ada sekte Shabi’ah ada Yazidiyyun para penyembah setan, Kaldaniyyun, ada Aasyuuriyyun. Kami sama sekali tidak akan menyakiti mereka dan tidak akan mengarahkan moncong senjata kami kea rah mereka meskipun mereka adalah kelompok yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Islam. Akan tetapi kami belum melihat mereka ikut memerangi dengan tentara Amerika dan sekutunya untuk memerangi Mujahidin dan kami juga tidak melihat mereka memainkan peran yang memalukan seperti halnya dengan yang dilakukan dengan kaum Rafidah (yang bekerja sama dengan Negara Penjajah).”

Masih di buku yang sama, Abu Mushab menggambarkan ketika banyak media, banyak ulama yang buruk rupa menuduh Al Qaida menaruh bom-bom di setiap jalan yang ada di Iraq, maka dalam testimoninya, Abu Mushab, orang ke-empat Al Qaida menyatakan bahwa sering kali dalam operasi-operasi menanam ranjau (bom) mujahidin Al Qaida urung melaksanakan aksinya karena jalan tersebut seringkali dilalu-lalangi kendaraan kaum muslim dan orang-orang yang tak memerangi.

Dalam melancarkan aksinya mereka benar-benar professional. Memilih siapa yang harus dipilih (tidak seperti bermain ceki, dadu atau judi), benar-benar focus dan efisien.
Karena itu, para sahabat, jangan telan mentah-mentah informasi media massa.
Bersikap skeptis, di masa carut marutnya informasi bukan hanya perwujudan kedewasaan tetap adalah juga sebentuk mewahnya kebijaksanaan.

Bacalah buku-buku, statement-statement dari sumbernya. Jika media menyatakan Usamah bin Ladin adalah bapak keburukan, jika pemerintahan masa lalu Taliban dianggap pemerintahan tak berbelas kasihan, maka pertanyakanlah mengapa Ivone Ridley memeluk Islam usai media mengatakan ia diculik dan disekap mujahidin Taliban dan Al Qaida.
Mengapa dan mengapa. Sudahi. Sudahilah kebodohan, ketidak fairan kita. Atau paling tidak tahanlah lisan kita, karena sampai saat ini aku dan Kamu tidak bisa berbuat banyak hal.

Aku tak memiliki keberanian seperti mereka (para jihadis) Keimananku masih tipis. Aku hanya seorang pekerja yang tak mengetahui perih dan berharganya perjalanan seorang mujahid yang memanggul senjata di bahunya, dan menembakkan peluru dengan haq (dengan berbagai persyaratan).

Jika Kamu masih seperti ku, jika kehidupanmu hanya berkisar di lingkup duniawi, atau –seandainya-- kamu pun terjun di dunia ‘pencerahan’ (dakwah non kekerasan), pahamilah, telusurilah literature-literatur mujahidin.

Jangan asal bicara tanpa sandaran, jangan menjadi penikam. Jangan asal menilai karena kita jauh dari realita, kita hanya duduk di sofa, duduk di kursi menghadap computer menjadi pengunduh youtube, bermain poker di sela-sela pekerjaan yang banyak menghabiskan umur kita.

Kita hanya membicarakan darah dan jiwa, tanpa langsung melihat betapa darah dan jiwa itu tercerabut cepat melebihi kecepatan target pencapaian kinerja kita di sebuah ruangan ber-ac. Kita yang tidak faham realita, jangan sok.

Hargailah mereka, karena diantara kita dan mereka terdapat sebuah jembatan tauhid yang hanya bisa diruntuhkan apabila di hati hati kita terjangkit waham kebesaran organisasi, di cemari ashabiyah (fanatisme gerakan, golongan, dsb.)

Catatan:
Tulisan ini untukku, dan untukmu juga para sahabat dan kawan, silahkan diluaskan dengan serbuan informasi yang silih berganti meroket kesadaran kita. Silahkan dikembangkan dengan kejadian-kejadian yang sebelumnya terjadi, dan kejadian yang akan terjadi kedepannya.

Media masa bukanlah sebuah realitas, bukan merupakan gambaran dari fakta. Bersandarlah pada ikatan al wala wal barra, bukan media massa. [divan semesta]

KOMENTAR SAHABAT

INSIST

Hidayatullah ONLINE